PEKANBARU (riaumandiri.co)-Meski pertumbuhan ekonomi Riau memasuki triwulan II mengarah positif, namun tidak dan merta memberikan dampak positif terhadap penjualan emas. Pasalnya, banyak dari pedagang emas yang mengeluhkan sepi akan pembeli. Sehingga berdampak pada penurunan omset penjualan hingga 50 persen.
Seperti diungkapkan pedagang Toko Emas Gemar Eka, Rabu (11/5) mengatakan, kenaikKan harga emas memberikan dampak terhadap kurangnya daya beli masyarakat. Kondisi ini sudah terjadi hampir 10 hari terakhir, yang mengakibatkan banyak masyarakat menahan diri untuk melakukan pembelian. Apalagi emas dianggap bukanlah barang konsumtif yang harus dimiliki.
"Jumlah pembeli setiap harinya berkurang, serta tidak adanya uang menyebabkan daya beli kurang. Banyak dari mereka masih menahan diri untuk membeli. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak awal tahun 2016," ujar Eka.
Menurut Eka, adapun kenaikan harga emas dari sebelumnya Rp520 ribu pergram kini naik menjadi Rp545 ribu pergram. Sementara untuk emas 24 karat, dari harga sebelumnya berkisar diharga Rp1.260.000 naik menjadi Rp1.360.000.
Namun kenaikan harga emas ini tidak sejalan dengan turunnya kurs dollar dibandingkan rupiah, per hari ini (Senin, red) tercatat diposisi Rp13.325 dari sebelumnya Rp13.350.
"Jadi kita tidak bisa prediksi untuk kenaikan harga emas ini, karena setiap hari tentu terjadi fluktuatif harga. Di tahun 2016 inilah yang kita rasakan sekali penurunan omset penjualan hingga mencapai 50 persen,"tuturnya.
Sementara itu, pemilik toko Emas Kirana, Sudian menuturkan bahwa saat ini dirasakan respon masyarakat terhadap kepemilikan emas tidak begitu signifikan.
Kurangnya peredaran uang di tengah masyarakat juga menjadi pemicu, serta masih lemahnya harga sawit juga turut memberikan imbas. "Jadi bagaimana mereka bisa membeli, jika uang mereka tidak ada. Bisa untuk makan saja sudah syukur, dan kalau emas ini hanya berdasarkan kebutuhan saja. Jika mereka butuh untuk kado baru beli,"pungkasnya.***