JAKARTA (riaumandiri.co)-Kerja sama tiga negara produsen karet alam, yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia untuk melakukan pengurangan volume ekspor sebesar 615 ribu ton sejak Maret-31 Agustus 2016 mendatang mulai mendongkrak harga karet di pasar internasional.
Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Kalsel dan Kalimantan Tengah Andreas Winata mengatakan, kini harga karet internasional dari Kalimantan Selatan mulai merangkak naik dari sebelumnya Rp12 ribu per kilogram menjadi Rp16 ribu per kilogam.
Menurut Andreas, upaya pemerintah melalui Gapkindo melakukan perjanjian dengan tiga negara yang tergabung dalam "International Tripartite Rubber Council (ITRC) tersebut cukup berhasil.
"Dari 615 ribu ton tersebut, khusus Kalsel dan Kalteng pengurangannya sebesar 80 ribu ton selama enam bulan," katanya, Jakarta, Minggu (24/4).
Pengurangan tersebut, tambah dia, tampaknya membuat pasar internasional menjadi panik, karena barang di pasaran berkurang, sehingga secara perlahan mendongkrak harga karet.
Apalagi, beberapa negara produsen karet lainnya, kini sedang mengalami musim kemarau, sehingga hasil sadapnya berkurang drastis.
Kebijakan pengurangan volume ekspor tersebut, kata dia, pada dasarnya cukup merugikan bagi para pengusaha, karena berkurangnya pengiriman karet tentu berkurang juga pendapatan, sementara pengusaha banyak memiliki beban kredit.
Namun, katanya, upaya tersebut harus tetap ditempuh karena saat ini yang terpenting adalah mendorong petani agar bersedia kembali menyadap pohon karetnya.
Pengurangan 80 ribu ton selama enam bulan, kata dia, bukanlah jumlah yang sedikit, sehingga perlu perhitungan yang tepat bagi pengusaha, untuk mengatur kuota pengiriman karet tersebut. "Dengan terdongkraknya harga, saya harap sebagian petani yang sebelumnya mulai meninggalkan ladangnya, kembali menyadap karet," katanya.
Mengatasi berlimpahnya karet di daerah akibat pengurangan tersebut, katanya, pengusaha kini lebih selektif untuk melakukan pembelian, jangan sampah bokar-bokar menumpuk di dalam gudang. (rep/mel)