TANJUNG SAMAK (riaumandiri.co)-Masyarakat Kecamatan Rangsang kecewa karena janji PT Sumatera Riang Lestari tahun 2012 lalu, membangun tanaman kehidupan, hingga saat ini hanya isapan jempol semata.
Hingga saat ini janji membangun tanaman kehidupan itu tidak pernah direalisasikan. Awalnya menjanjikan tanaman sagu atau karet, bahkan kemudian tanaman Kaliandra, semuanya hanya janji kosong. Di sisi lain, produksi HTI dari Pulau Rangsang terus menerus berproduksi dari tahun ke tahun.
"Tampaknya perusahaan tersebut tidak ada keseriusan untuk mewujudkan janji yang pernah diucapkan itu. Janji itu juga seiring dengan ketentuan pemerintah yang mewajibkan perusahaan pengelola HTI memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar. Tapi nyatanya, sudah berapa tahun berlalu pengusaha ini hanya memikirkan keuntungan bagi perusahaannya saja," ungkap salah seorang masyarakat Tanjung Samak, kepada Haluan Riau baru-baru ini.
Dengan demikian kehadiran PT SRL bagi masyarakat Kecamatan Rangsang, tidak memiliki kontribusi positif. Justru kehadiran perusahaan tersebut merugikan wilayah Pulau Rangsang.
"Tidak ada nilai tambah kehadiran PT SRL di Tanjung Samak. Apalagi lokasi perusahaan cukup jauh dari Tanjung Samak. Sehingga tidak ada hubungan yang akrab antara perusahaan itu dengan masyarakat Tanjung Samak," kata warga ini lagi.
Masih menurut warga ini, pihaknya akan memberitahukan hal ini kepada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat, sehingga akan mempertimbangkan pencabutan izinnya. Sebab masyarakat Kecamatan Tebingtinggi Timur kita dengar telah berhasil menolak kehadiran PT LUM di Pulau Tebingtinggi.
“Kkami sudah berencana akan memberitahukan kondisi ini ke Pemerintah Pusat, sehingga konsesi PT SRL tersebut nantinya bisa dihutankan kembali, atau dikembalikan kepada negara. Sebab dengan kehadiran perusahaan yang menguasai lahan begitu luas, memaksa masyarakat tidak bisa lagi bertani atau berkebun. Padahal masyarakat terus berkembang, sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang ada," ujarnya.
Penduduk setiap tahun terus bertambah, sementara lahan yang ada telah dikuasai perusahaan. Sehingga tak lama lagi, ini akan menjadi persoalan pelik, jika pemerintah tidak bisa mencari solusinya,”ujar warga ini geram.
Sementara Zulkifli, Humas Regional PT SRL, mengakui kalau tanaman kehidupan tersebut hingga saat ini belum terwujud. Disebutkannya, terakhir sudah disepakati akan membangun kebun Kaliandra untuk menjadi bahan bakar pembangkit listrik. Namun kembali belum terlaksana, sebab harus mendapat izin dari pemerintah pusat.
Hingga saat ini akhirnya belum terwujud. Namun ditambahkan Zul, perusahaan juga membantu desa-desa sebagai wujud program CD. Diberikan setiap tahun untuk masing-masing desa,”ungkap dia.***