Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan dunia semakin sempit dan membentuk suatu masyarakat global (a global village) yang saling bergantung.
Tatanan dunia pascaperang dingin mengalami perubahan mendasar menuju era globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam tatanan dunia baru yang ditandai dengan persaingan antar bangsa yang semakin ketat, kualitas kehidupan domestik suatu bangsa memainkan peran yang amat penting.
Kualitas bangsa itu sendiri hanya akan tercipta melalui perwujudan mutu pendidikan yang berkelanjutan. Namun dalam era persaingan, setiap negara di dunia semakin bergantung satu sama lain yang antara lain ditandai oleh semakin menguatnya organisasi antarnegara yang berbasis kawasan.
Dalam era globalisasi, batas negara yang satu dengan yang lain semakin kabur. Derasnya aliran informasi antarnegara tanpa saringan yang ketat telah memunculkan berbagai peluang bagi masing-masing negara dalam suatu arena persaingan dalam berbagai bidang. Namun, hanya dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan kekuatan dalam diplomasi dunia, suatu negara akan memperoleh keberhasilan dalam memenangkan persaingan global.
Oleh karena itu, maka meningkatnya kualitas bangsa melalui pembangunan pendidikan yang berkualitas, semakin merupakan kebutuhan mutlak bagi suatu negara untuk dapat berperan penting dalam percaturan global (Ace Suryadi, 2014).
Masyarakat pendidikan berharap dan berjuang agar semua Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Daerah (Perda), dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan pendidikan memberi ruang gerak yang lebih luas terhadap pemberdayaan sekolah sebagai basis utama pendidikan dan kantor urusan pendidikan pada pemerintah daerah benar-benar berfungsi untuk melayani kepentingan sekolah, bukan mengintervensi kegiatan sekolah.
Karena birokrasi pendidikan pada kantor tersebut bukanlah profesi kependidikan, tetapi pejabat pemerintah yang mengurusi pendidikan, maka tidak ada hak maupun relevansinya mereka mengintervensi kebijakan satuan pendidikan. Satuan pendidikan sebagai suatu institusi di manapun berada, dihadapkan pada tantangan global. Tantangan ini muncul akibat kehidupan yang makin transparan antar bangsa, persaingan yang semakin kuat dan deras, dan ketergantungan yang menjerat.
Di lain pihak, ada diantara masyarakat yang tidak lagi percaya pada kekuatan dan kemampuan dirinya sendiri yang mengarah pada krisis kualitas kemandirian manusia. Krisis kepercayaan kepada pemerintah dan rendahnya kualitas kemandirian manusia berimplikasi pada munculnya konflik antara satu pihak dengan pihak lainnya. Persoalannya, bagaimana kesiapan kita menghadapi tantangan global tersebut.
Disini diperlukan aturan main dan pemimpin yang dapat mengatasi berbagai persoalan tersebut. Kesiapan mengahadapi tantangan global, antara lain dilakukan dengan, pertama, mempertahankan budaya utama (bersih, sehat, disiplin, hormat-menghormati, patriotisme dan masa depan yang jelas).
Kedua, budaya profesi (semangat, motivasi, etos kerja, pengetahuan, teknologi, seni dan etika profesi). Ketiga, budaya pribadi (acountability dan reponsibility). Syaiful Sagala (2006) mengatakan, dalam menghadapi tantangan global tersebut diperlukan langkah-langkah khusus.
Jika langkah-langkah tersebut dapat dilakukan, maka mutu pendidikan yang bersaing dapat menjadi bagian dari transformasi kebudayaan pemeliharaan, pelestarian, penerusan dan pengembangan budaya. Strategi pembangunan pendidikan harus didukung oleh SDM yang handal dan profesional guna memenuhi persayaratan kualitas.
Seperti dikemukakan Fangelind dan Saha (1983), pendidikan berperan penting meningkatkan keterampilan dan kemampuan tenaga kerja. Pernyataan ini didukung oleh karakter SDM dan modernisasi yang memandang bahwa melalui pendidikan masyarakat dapat meningkatkan produktivitas yang dapat menopang ekonomi dengan industri modern sebagai tujuan strategis pembangunan.
Untuk menghadapi tantangan global, pengelolaan pendidikan diarahkan pada pemberdayaan sekolah sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. ***
Guru SMAN 1 Tebing Tinggi, Meranti