Malang (riaumandiri.co)-PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) menegaskan semua elemen bangsa, termasuk Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) agar menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten melalui kerja keras dan gotong-royong dalam menghadapi persaingan global Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Pasalnya, persaingan global baru di tingkat ASEAN saja sudah sangat ketat. Berbagai produk barang yang dijual untuk konsumen Indonesia sudah beragam. Nantinya, persaingan akan lebih ketat setelah memasuki Asia, Eropa, bahkan blok-blok antarnegara.
"Kompetisi tidak hanya antarindividu, tidak hanya antarprovinsi, tapi sudah antarnegara.
Muslimat NU
Untuk menang kompetisi, bukan hanya kepintaran. Namun yang dibutuhkan kesiapan sumber daya manusia dengan kerja keras dan gotong royong. Sekarang, MEA sudah dibuka, itu baru tingkat ASEAN.
Barang sudah lalu lalang. Itu baru tingkat ASEAN, belum blok-blok," tegas Jokowi dihadapan sekitar 50 ribu anggota Muslimat NU di Stadion Gajayana, Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (26/3).
Untuk itu, Jokowi mengingatkan kembali agar Muslimat terus menguatkan komitmen dalam berjuang demi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Guna mewujudkan perjuangan, kuncinya berdakwah dengan perbuatan. Dengan cara itu, Presiden yakin lembaga pendidikan, majelis taklim, dan koperasi bakal semakin meningkat.
Penguatan komitmen juga untuk membentengi diri dari pengaruh paham radikalisme dan narkoba. Terkait hal itu, Muslimat sudah membuktikan, mampu mereaksi dengan cepat perubahan zaman sejak 70 tahun terakhir.
"Muslimat NU mampu mereaksi sangat cepat dalam menyikapi perubahan zaman. Ketahanan keluarga, budi pekerti, sopan santun, dan semua masalah diselesaikan di tingkat keluarga," ujarnya.
Oleh karenanya, Presiden mengapresiasi kerja keras Muslimat NU melalui berbagai kegiatan positif tentang lingkungan, antiradikalisme, antinarkoba, mengembangkan pendidikan, dan penguatan ekonomi melalui koperasi.
"Muslimat memiliki peran sangat besar untuk masyarakat, bangsa, dan negara. Muslimat sudah menyatu dengan denyut nadi masyarakat Indonesia," kata Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menyampaikan kabar yang sempat sebelumnya bahwa dirinya tidak hadir dalam hari lahir (harlah) Muslimat NU di Malang.
"Mana berani Presiden sama Muslimat NU. Saya bisa dimarahi sama Bu Khofifah (Indar Parawansa), Bu Menteri (Sosial). Saya senang sekali sama Ketua Umum Muslimat. Kalau ada banjir, belum diperintah sudah di lokasi. Diperintah ke Papua, selalu mendahului. Sikapnya lincah dan cepat. Muslimat NU juga demikian," ujarnya disambut tepuk tangan riuh.
Untuk itu Presiden mengajak semua elemen bangsa untuk bersatu mewujudkan Indonesia yang adil, yang sejahtera. "Kita harus bersatu untuk mewujudkan itu," ucap Presiden.
Presiden menggarisbawahi bahwa dakwah Muslimat NU adalah dakwah dengan perbuatan (bil hal), bukan hanya dakwah lisan (bil lisan).
"Dengan dakwah perbuatan itu, saya yakin jumlah majelis taklim, jumlah lembaga pendidikan, jumlah lembaga sosial dan kesehatan, serta jumlah koperasi primer Muslimat NU akan semakin meningkat di masa depan," kata Presiden.
Dengan dakwah perbuatan itu, lanjut Presiden, kewaspadaan Muslimat NU akan semakin meningkat dan Muslimat NU akan mampu menyiapkan filter dan menanamkan ajaran agama sejak dini kepada anak-anak.
"Sehingga, mereka mampu membentengi diri dari pengaruh paham radikal dan narkoba yang menjadi ancaman kita semuanya," ujar Presiden.
Presiden mengingatkan bahwa Indonesia sedang dalam kondisi darurat narkoba, di mana setiap hari 30 sampai 50 anak-anak dan generasi muda menjadi korban meninggal karena narkoba.
"Sekali lagi saya ingin mengapresiasi apa yang sudah dideklarasikan laskar anti-narkoba Muslimat NU," ucap Presiden.
Turut hadir mendampingi Presiden, Ketua MPR Zulkifli Hasan dan Roisam NU Maruf Amin.(ant/mic/dar)