Rakyat Indonesia, khususnya warga Ogan Ilir, Sumatera Selatan, kaget dan terhenyak atas penangkapan Bupati Ahmad Wazir Nofiadi, terkait kasus narkoba oleh Badan Narkotika Nasional pada, Minggu 13/3).
Peristiwa ini menjadi ironi, mengingat sang Bupati muda ini baru terpilih dan dilantik 17 Februari 2016 lalu. Peristiwa penangkapan ini, jelas menggambarkan bahwa narkoba telah merasuk dan merusak sendi-sendi kehidupan bangsa.
Korbannya, mulai dari anak-anak, orang dewasa, rakyat jelata hingga penguasa. Lengkap sudah potret buram wajah anak bangsa akibat terjerat narkoba. Apabila tidak dilakukan upaya maksimal, alamat bangsa ini akan mengalami kebangkrutan moralitas dan produktivitas.
Artinya, masa depan bangsa akan memasuki lorong gelap yang tidak berujung. Hal ini bukan lagi sekedar prediksi seperti menebak hasil pertandingan sepakbola, tapi kasus narkoba berpijak pada realitas. Seperti yang tergambar dari hasil penelitian yang dilakukan BNN dengan Puslitkes UI pada tahun 2015 bahwa jumlah pengguna narkoba mencapai 5,8 juta jiwa. Mirisnya lagi, hampir 50 orang rakyat Indonesia tewas setiap hari akibat narkoba.
Narkoba adalah virus yang sangat berbahaya dalam merusak manusia. Mengosumsinya akan membuat pelaku mengalami kematian, gila atau di penjara. Untuk itu, tidak ada kata lain yang patut diungkapkan terhadap narkoba, selain kata perang. Rakyat dan pemerintah harus bersatu padu melawannya.
Memang diakui, perang terhadap narkoba, tidak seperti perang di medan pertempuran yang lawannya nampak jelas. Menghadapi narkoba terbilang sulit, mengingat dia melilit dan membelit semua lini. Ada oknum aparat, politisi, pengusaha, pengacara, rakyat dan melibatkan mafia yang terorganisir. Kendatipun demikian tidak ada kata surut dan menyerah untuk melawan narkoba.
Ancaman dan jerat narkoba bukan hanya sensasi bak berita selebriti, tapi ini nyata. Daya ledaknya tidak hanya sesaat dan berkutat pada pelaku saja, tapi menjangkau semua sektor kehidupan. Kalau tidak memeranginya sekarang, alamat Indonesia hanya akan tinggal namanya saja.
Generasinya tidak bisa melahirkan produktivitas yang akan membuatnya bisa hidup dalam percaturan dunia internasional. Anak bangsa ini akan mengalami apa yang dialami nenek moyangnya puluhan tahun yang lalu, yaitu dijajah. Bedanya, kalau dulu dijajah, anak bangsa ini bisa tegak, menengadah, melawan dan berpikir untuk keluar dari penjajahan. Tapi, kalau dijajah dengan narkoba, anak bangsa akan lemah. Jangankan untuk berpikir dan melawan, tegak dan menengadah saja tidak mampu.
Apa yang dikatakan oleh Kepala BNN Budi Waseso, bahwa ada desain besar untuk negara kita, mungkin ada benarnya. Beliau menggambarkan seperti perang candu yang dilakukan Inggris terhadap Tiongkok. Ketika rakyatnya sudah terbuai candu, wilayahnya dengan mudah direbut Inggris. Pernyataaan ini bukan tanpa dasar, sebab setiap kali bandar dari WNA ditangkap, dia bukan pengguna dan pemakai, tetapi sangat paham bisnis dan bahaya narkotika.
Bangsa ini harus sadar dengan sesadar-sadarnya, apalagi Indonesia akan menikmati apa yang namanya limpahan bonus demografi. Berkah ini tidak akan bisa dinikmati, apabila rakyat dan generasi muda telah terjangkit virus narkoba dan irisannya, seperti sex bebas, minuman keras dan masalah demoralisasi lainnya. Masa depan bangsa yang baik hanya menjadi utopia, bila kita tidak bangkit melawan narkoba.
Untuk itu gerak serempak anak bangsa sangat diperlukan guna menghambat gerak cepat penyebaran narkoba.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan aparat penegak hukum yang terlibat dan mengosumsi narkoba. Mafhum diketahui publik, bahwa ada oknum penegak hukum yang mengosumsi dan menjadi beking barang haram tersebut.
Langkah ini penting dilakukan agar langkah pemberantasan narkoba memiliki daya cengkram yang kuat. Selama ini banyak operasi pemberantasan dan penangkapan narkoba bocor sebelum aparat sampai di lokasi.
Dan selanjutnya tentu saja peran serta masyarakat dan semua elemen bangsa untuk membentengi anak bangsa dari jerat narkoba. Bersatu padu untuk melakukan “jihad semesta” melawan narkoba.
Menggunakan segala potensi dan jalur keahlian masing-masing untuk menyampaikan kepada publik, terutama generasi muda, bahwa narkoba adalah musuh nomor satu bangsa ini.
Masa depan bangsa yang baik, haruslah kita songsong dengan prilaku yang baik dari seluruh anak bangsa.
Menggunakan segala potensi dan kelebihan diri yang telah dianugerahkan ilahi pada negeri ini.
Dengan berlimpahnya sumber daya alam, sejatinya menjadikan bangsa ini bisa tegak berdiri seperti bangsa-bangsa lain, sejahtera lahir-batin. Namun realitasnya, bangsa ini masih harus terus belajar, membenahi prilaku sendiri yang membuatnya kehilangan jatidiri.
Semoga bangsa ini lepas dari jerat narkoba dan berhasil menggapai masa depan bangsa yang lebih baik. ***
Alumnus Pascasarjana Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM)