WASHINGTON DC (riaumandiri.co)- Keputusan Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk menarik pasukannya dari Suriah pada Senin, 14 Maret 2016 kemarin, memunculkan keterkejutan tersendiri, terutama bagi Amerika Serikat (AS).
Gelombang pertama pemulangan “rombongan” jet-jet tempur Rusia sudah dimulai dari Suriah ke Rusia, meski Pangkalan Udara Latakia dan Pelabuhan Tartous masih tetap dioperasikan militer Rusia dan Suriah.
Keputusan penarikan pasukan ini juga hampir bersamaan dengan digelarnya pembicaraan damai intra-Suriah di Jenewa yang diprakarsai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tapi di sisi lain, Gedung Putih menyatakan rasa penasarannya, terkait niat di balik penarikan pasukan Negeri Beruang Merah dari Suriah yang selama ini, bahu-membahu dengan pasukan Suriah rezim Bashar al-Assad dalam perang saudara.
“Sulit buat saya untuk menilai apa dampak dari pembicaraan (intra-Suriah) itu,” sebut Sekertaris Pers Gedung Putih, Josh Earnest.
“Kita harus melihat lagi, apa niat Rusia yang sebenarnya (menarik pasukan dari Suriah),” tambahnya, sebagaimana dinukil USA Today, Selasa (15/3).(okz/ara)