PEKANBARU (riaumandiri.co)-Pemerintah Kota Pekanbaru terus berbenah menata perkotaan dengan merancang sejumlah titik lokasi menjadi kawasan ramah bagi pejalan kaki atau lazim disebut konsep Citywalk.
Langkah pertama yang sudah dilakukan adalah membuat pedestrian yang dimulai dari kawasan Jalan Ahmad Yani hingga Jalan Hos Cokroaminoto.
Secara simultan, pembangunan Citywalk yang dimaksud akan dilaksanakan bertahap hingga menuju Pasar Agus Salim, Pekanbaru. Koordinasi antara Pemko Pekanbaru melalui Dinas Pasar bersama Ketua RT/RW, lurah dan camatpun sudah dilakukan untuk mewujudkannya.
Untuk tahap awal, Pemko Pekanbaru telah membangun trotoar pedestrian yang dimulai dari area rumah dinas walikota sampai kawasan di depan Gereja Santa Maria, Jalan Ahmad Yani. Juga dibuat di sepanjang Jalan Hos Cokroaminoto ke Jalan Sudirman, lalu Jalan Agus Salim -Kopi-Imam Bonjol.
"Kita memiliki tujuan dibangunnya city walk ini adalah untuk menyediakan ruang publik sebagai ajang interaksi bagi masyarakat dan memberikan keramahan kepada pejalan kaki. Kita juga memiliki sudut pandang untuk penataan kawasan agar cukup apik dan dan tertata, namun tetap mempertahankan beberapa bangunan yang berada disekitarnya. Pemilik toko tetap dibolehkan berjualan, tapi barang dagangan jangan dipajang sampai ke luar toko," kata Walikota saat berbincang-bincang di lokasi Citywalk.
Dengan pembangunan pedestrian itu, kawasan kota lama akan menjadi tempat yang lebih bersih, sehat dan aman, baik siang maupun malam hari. Alhasil, kawasan-kawasan itu akan menjadi pusat keramaian yang akan dikunjungi masyarakat, merujuk pada keberadaan kawasan Malioboro yang merupakan ikon dari Kota Yogyakarta. Tak pernah sepi dari pengunjung dan sangat terkenal di tanah air, karena di jalan itu hampir semua tersedia. Mulai dari pakaian, makanan, cinderamata dan lain sebagainya.
Ketika malam tiba, di kawasan itu juga tercipta hubungan yang harmoni antara pemilik ruko yang memberikan kesempatan kepada pedagang lesehan atau pedagang kaki lima (PKL) untuk membentang tikar guna mengais rezeki.
Suasana inilah yang kemudian menginspirasi Walikota Pekanbaru H Firdaus ST MT, untuk mengubah wajah Pasar Agus Salim yang sejak dulu dikenal sembrawut, karena tak pernah bisa ditertibkan dari aktivitias pedagang, meski diketahui lapak milik pedagang sudah memenuhi badan jalan.
Pasar Agus Salim sendiri sebenarnya bukanlah pasar, sebutan itu muncul begitu saja, karena sejak lama selalu dipadati pedagang yang datang dari berbagai sudut kota. Sesungguhnya Agus Salim adalah nama salah satu jalan di kawasan Pasar Pusat di Kecamatan Pekanbaru Kota.
Sejak puluhan tahun silam, jalan itu seperti gang buntu yang tak bisa dilewati kendaraan jenis apapun, karena tertutup padatnya lapak pedagang yang berjualan sejak pagi hingga petang hari.
Bukan tak ada upaya untuk menertibkan kesembrawutan yang terjadi, namun entah bagaimana, pedagang yang kemudian pergi, selalu kembali dan kembali lagi. Mimpi Firdaus untuk mengubah wajah Agus Salim seperti Malioboro di Jogya-pun, disambut suka cita oleh pedagang dan tokoh masyarakat setempat, tanpa ada riak apalagi bentrok fisik antara Satpol PP dan pedagang.
Sosialisasi rencana perbaikan Jalan Agus Salim dan relokasi lapak pedagang di kawasan tersebut sudah dilakukan sejak setahun lalu. Karena Jalan Agus Salim tersebut akan dijadikan kawasan pasar wisata dan kuliner Pekanbaru.
Walikota berjanji, jika perbaikan jalan itu sudah selesai, para pedagang tetap yang sudah lama berjualan akan diprioritaskan mendapat tempat berjualan di Malioboro Pekanbaru tersebut. Lapak-lapak akan didesaint secara permanen.
Ia berharap di kawasan itu nantinya akan tercipta pasar wisata kuliner seperti di Malioboro Yogyakarta yang menjadi pasar wisata yang bersih dan nyaman dibarengi kawasan yang tertata dengan baik.
Kemudian Pasar Inpres yang ada di sekitar kawasan itu juga akan direvitalisasi. Ruko di sisi kiri dan kanan Pasar Inpres akan dibeli. Tahun 2013 lalu sudah ada beberapa lahan yang dibayar. Tahun ini akan dibayar lagi dengan luas lahan sekitar 6.000 meter persegi, yang akan dibangun pasar tradisional modern.(adv/humas)