SIAK (riaumandiri.co)-Malapetaka kebakaran hutan dan lahan, kembali terulang. Kali ini, peristiwa itu terjadi di dua lokasi yang berada dalam areal Kampung Penyengat, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak.
Hingga Jumat (26/2), setidaknya diperkirakan 53 hektare hutan dan lahan perkebunan menghitam akibat dilalap si jago merah.
Puluhan
Lokasi Karhutla terhitung cukup jauh dari Kota Siak. Butuh dua jam perjalanan melalui darat dan satu jam melalui laut. Sejauh ini, aparat penegak hukum telah mengamankan lima orang yang diduga pelaku Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) tersebut.
Karhutla kali ini, merupakan yang ketiga kalinya terjadi selama Bulan Februari ini. Sebelumnya, Karhutla lebih dahulu terjadi di Kota Dumai dan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis.
Dari pantauan lapangan, lokasi Karhutla pertama berada di dalam kebun sagu di Dusun Mungkal, Kecamatan Sungai Apit, yang diketahui milik Ahong. Di lokasi ini, areal yang terbakar diperkirakan mencapai 50 hektare. Akibatnya, udara di kawasan itu pun berubah menjadi sesak karena dipenuhi asap. Hingga Jumat sore kemarin, api masih berkobar di dalam areal kebun yang berada di bagian dalam. Kebun sagu itu berdampingan dengan lahan kebun sawit miik PT Triomas FDR.
Ketika ditemui di lokasi kejadian, Kapolsek Sungai Apit, Iptu Rangga Warsito, menuturkan, sejauh ini pihaknya telah mengamankan lima tersangka yang diduga membekar lahan. Mereka adalah warga asal Selatpanjang, yang juga pekerja di kebun tersebut. Sebelum kebakaran terjadi, kelimanya diketahui baru saja selesai menebas dan membersihkan kebun sagu tersebut. Kelima tersangka itu adalah Gu (25), Ar (22), Fit (27), Sla (38) dan Fen (22).
"Lahan yang terbakar seluas 50 haktare. Menurut pengakuan tersangka, lahan ini milik Ahong. Mereka sudah kita limpahkan ke Polres Siak untuk proses penyidikan," terang Rangga.
Pantauan lapangan, lahan yang terbakar berisi tanaman sagu, sebagian masih kecil dan sebagian sudah saatnya panen, bahkan ada yang baru selesai dipanen. Halitu terbukti dengan banyaknya tualan sagu yang belum terangkut dan masih segar.
Lokasi kebakaran masih dikelilingi dengan hutan belantara. Di bagian selatan berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit PT Triomas, bagian timur berbatasan dengan laut. Secara geografis letaknya tidak jauh dengan Kabupaten Kepulauan Meranti.
Meski masih hutan belantara, namun hutan itu tampak sering terbakar, kayu-kayu kering tegak rapat, dan di bawahnya tumbuh belukar baru. Tidak ada pemukiman warga di sekitar kebun sagu itu, kecuali mess karyawan PT Triomas yang berjarak sekitar 1,5 kilometer.
Gambut di lahan ini terlihat dalam. Dari bekas galian kanal yang ada, tidak terlihat tanah yang naik, kecuali lumpur gambut. Diperkirakan, ketebalan gambut di lahan itu mencapai delapan meter.
Ditambahkan Rangga, sebelum mengamankan kelima tersangka, pihaknya terlebih dahulu memeriksa tiga orang saksi yang berasal dari koordinator lapangan PT Triomas. Dari keterangan itu, petugas akhirnya menemukan kelima tersangka.
"Menurut keterangan saksi, saat awal terbakar, kelima tersangka masih bekerja di kebun. Setelah api meluas, mereka mengungsi. Kita cari informasi, mereka mengungsi ke rumah Warga di Dusun Mungkal, Kampung Penyengat. Di sana mereka akhirnya kita temukan," terangnya lagi.
Untuk para tersangka akan dijerat Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004, tentang Perkebunan, pasal 8 ayat 1, karena diduga sengaja mengola lahan dengan cara pembakaran yang berakibat pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup, diancam dengan pidana maksimal 10 tahun penjara dan denda maksimal Rp10 miliar.
Menurut Rangga Warsito, terungkapnya Karhutla itu di kebun sagu itu bermula ketika Selasa (23/2) kemarin, Kadus Mungkal melapor ke Sekdes Penyengat bahwa terjadi kebakaran lahan di daerahnya. Laporan itu kemudian diteruskan ke Polsek Sungai Apit.
"Sekdes sudah mengumpulkan Satgas Masyarakat Peduli Api (MPA) memadamkan api di lokasi ini, namun api terlalu besar. Pada Rabu (24/2) tim Polres, Babinkantibnas, Babinsa, MPA, Masyarakat Peduli Gotong Royong meluncur ke TKP menggunakan Sped Booad, kita berupaya memadamkan api. Dari sini, kita mengumpulkan informasi hingga keberadaan lima tersangka diketahui," lanjutnya.
Sejauh ini, pihaknya masih memburu Ahong selaku pemilik lahan. "Pemilik lahan masih dicari, untuk tahap awal akan dimintai keterangan, jika bersalah tentu jadi tersangka. Kalau menurut pengakuan pekerjanya, mereka disuruh membersihkan lahan, namun kenyataan di lapangan terjadi kebakaran dan ada indikasi pembiaran," tambahnya.
Menurut informasi, Ahong diketahui sebagai pengusaha perkebunan sagu di Selatpanjang. Ia banyak memiliki lahan dan memerintahkan pekerja kebun mengolah dan memanen kebun sagunya.
Sementara itu, Manager Kebun PT Triomas, Ahmad, mengaku dirugikan atas kebakaran ini. Selama tiga hari belakangan ini, pihaknya harus mengerahkan 30 personil untuk memadamkan api dan membuat sekat agar api tidak menjalar ke kebun kelapa sawit.
"Memang batas areal perkebunan kami sudah ada kanalnya, namun api bisa lompat dengan cepat. Upaya pertama kita buat sekat dengan mengerahkan alat untuk membersihkan pinggir kanal," kata Ahmad.
Lokasi Kedua
Sementara itu, Karhutla juga ditemukan di Dusun Tanjung Pal, yang berjarak sekitar 60 kilometer dari lokasi pertama. Keduanya masih berada dalam kawasan Kampung Penyengat, Kecamatan Sungai Apit. Total areal yang terbakar diperkirakan mencapai tiga hektare.
Di lokasi kejadian Babinsa Penyengat Fauzi, anggota MPA binaan BPBD Siak, Bejo, Akiong dan beberapa relawan lainnya masih sibuk memadamkan api.
Menurut Bejo, pihaknya kesulitan memadamkan api, karena lokasi yang sulit dijangkau. Selain itu, jalan masuk menuju TKP juga hanya berupa lorong tikus. Selain itu, air pun tidak tersedia di sekitar lokasi. Sedangkan mesin pompa air, masih digunakan petugas untuk memadamkan api di lokasi lain.
"Kita kesulitan mendapatkan air. Kanal memang banyak, tapi kering," ungkapnya.
Anggota MPA lainnya, Akiong, mengaku sudah banyak bertanya kepada warga untuk mengidentifikasi penyebab kebakaran. "Saya sudah tanya sama semua pemilik kebun dan masyarakat sekitar sini, siapa yang sebelumnya keluar dari tempat yang terbakar. Namun semua bilang tidak ada melihat," kata Akiong.
Saat ditanya pemilik lahan, Akiong mengaku lahan yang terbakar ini merupakan lahan Pemda Siak, terdapat parit dan bodi jalan yang masih gambut merupakan rencana Pemda ingin membagun perkebunan.
"Di sini setiap tahun terbakar, kemarin kita baru memadamkan di seberang jalan sana, sekarang di sini," kata Akiong.
Sementara Bhabinsa Penyengat Fauzi mengaku sudah sangat kenyang menghadapi api, tahun sebelumnya di lahan banyak titik api, dan tahun ini, meski belum lama tidak hujan api sudah mulai muncul.***