Isu money politics ramai dibicarakan jelang digelarnya Musyawarah Nasional Partai Golkar. Ada yang mengatakan, seorang calon ketua umum menyebar duit puluhan ribu dolar untuk bisa menang.
Selain itu, ada yang mengatakan miliaran rupiah. Sebenarnya, berapa modal untuk jadi ketum Golkar?
Isu soal money politics jelang Munas Golkar, pertama kali diungkapkan politikus Golkar, Nurdin Halid.
Berapa
Nurdin menyebut ada seorang calon ketua umum (caketum) yang memberi saweran sebesar SGD 10 ribu kepada pengurus DPD-DPD II Golkar Sulawesi Utara. Jika dirupiahkan, dengan kurs SGD 1 sama dengan Rp 9.769 (kurs Bank Mega kemarin, red), SGD 10 ribu sama dengan Rp97,69 juta.
"Pengakuannya SGD 10.000 untuk satu DPD II. Kan rusak Partai Golkar kalau begini," kata Nurdin, Kamis (18/2).
Tak sampai di situ, informasi yang lebih fantastis disampaikan Bendum Golkar, Bambang Soesatyo. Pria yang akrab disapa Bamsoet itu, menyebutkan uang yang dibagikan caketum itu membeli suara, mencapai miliaran rupiah.
"Kalau soal rumor bagi-bagi uang, saya juga mendapat informasi ada caketum yang bagi-bagi uang mulai Rp5 juta hingga 20.000 dolar AS dan menjanjikan Rp1-2 miliar rupiah untuk satu suara saat pemilihan nanti. Entah benar entah tidak namanya juga rumor atau informasi. Hehehe kenapa harus panik. Santai saja," ujar Bambang.
Informasi-informasi itu memang belum ada yang terkonfirmasi kebenarannya. Namun, dalam suatu kontestasi politik, isu bagi-bagi duit jamak terdengar.
Jika dikaitkan dengan jumlah pemegang suara di Munas Golkar, maka, isu money politics itu bisa terdengar lebih fantastis. Jumlah suara di munas Golkar ada 563 suara, yang terdiri dari 519 suara DPD II, 34 suara DPD I, 8 suara ormas kekaryaan Golkar dan 2 ormas sayap Golkar.
Untuk memenangkan munas Golkar, setidaknya seorang caketum harus bisa meraih setengah lebih suara yang ada (dengan asumsi hanya ada dua calon ketum). Jika menggunakan informasi dari Nurdin Halid, maka caketum Golkar yang bagi-bagi dolar Singapura itu harus memberi saweran kepada 282 pemilik suara. Artinya, uang yang harus diberikan mencapai SGD 2.820.000 atau sekitar Rp27,5 miliar.
Jika menggunakan informasi dari Bambang Soesatyo, taruhlah duit yang dibagi Rp1 miliar per suara, maka caketum Golkar yang mau menang harus bagi-bagi duit sebanyak Rp282 miliar. Sungguh fantastis!
Benarkah seorang caketum Golkar harus punya modal sebesar itu?
Elite-elite Golkar ramai-ramai menyuarakan agar money politics dihilangkan. Sekjen Golkar hasil Munas Riau, Idrus Marham, menyebut persaingan bakal calon ketum harus dilakukan secara sehat. Pertarungan para bakal calon harus mengedepankan kemampuan bukan unjuk kekuatan uang sebagai modal meraih dukungan.
"Ya Allah janganlah, kalau sudah main duit miliaran itu sudah bahaya," ujar Idrus Marham saat dihubungi detikcom, Kamis (18/2) malam.
Bamsoet juga mengeluarkan imbauan agar money politics dijauhi. Kepada caketum yang berniat atau sudah bagi-bagi uang, Bamsoet mengimbau agar berhemat. "Gini hari, zaman susah masih mau dibagi-bagi untuk money politics?" ujarnya.
Nurdin Halid juga mengeluarkan imbauan serupa. Menurut Nurdin, wajar jika caketum memberi ongkos transportasi bagi pendukungnya di munas Golkar, namun jumlahnya harus wajar.
"Kalau uang transpor tidak apa-apa. Misalnya di Papua, kan jauh-jauh. Kalau Rp 25 juta tidak masalah, masih masuk logika. Kalau lebih, bukan uang transpor namanya tapi jual beli suara," ulas Nurdin. (dtc)