BENGKALIS (riaumandiri.co)-Musim tengkujuh yang terjadi sejak beberapa minggu terakhir, menjadi bukti dahsyatnya hempasan ombak selat Melaka di sepanjang bibir pantai Kecamatan Bantan. Tidak hanya mengikis tebing, ombak kuat yang menerjang juga meruntuhkan bongkahan-bongkahan tanah dan batang sawit lalu membawanya ke laut.
Kondisi terparah saat ini terjadi di pantai Parit Tiung desa Jangkang Kecamatan Bantan. Sudah berhektar-hektar lahan masyarakat runtuh ke laut, sudah tak terkira kerugian yang dialami warga, jika tidak segera ditangani, bukan mustahil sebagian kampung Jangkang bakal tinggal kenangan.
Seperti disampaikan tokoh masyarakat setempat, Mahzum Sandiman, Senin (1/2), pada Minggu (31/1)
sore, dirinya sengaja melihat bagaimana kondisi terkini pantai Parit Tiung di musim ombak besar, alangkah terkejutnya Mahzum, abrasi sudah begitu menggila, berhektar-hektar lahan sawit milik masyarakat setempat sudah rata dengan pantai.
“Ombak bukan hanya mengikis bibir pantai atau tebing (daratan,red) tapi seperti ‘membeko’, sekali hantam ombak besar bergumpal-gumpal tanah terjun ke laut. Bahkan ujung jalan poros desa Jangkang sudah berada di bibir pantai dan sebagian kondisi jalan mulai retak-retak,” papar pegawai KUA Kecamatan Bantan ini.
Tekstur lahan di bibir pantai Parit Tiung kata Mahzum merupakan lahan gambut, seperti lahan yang ada di desa Meskom atau Parapat Tunggal. Ketika dihantam ombak besar, akan sangat mudah terjadi abrasi. “Kondisi daratan dengan landai pantai agak tinggi, ketika ombak kuat menghantam bagian bawah, maka tidak butuh waktu lama tebing bagian atas akan jatuh ke laut,” sebutnya lagi.
Untuk mengatasi persoalan abrasi di Parit Tiung kata Mahzum, tidak bisa dibangun dengan hanya turap di sepanjang pantai, karena diyakini tidak sampai lima tahun turap atau pembatas tebing aka hancur dihantam ombak.
Untuk kasus di kampungnya itu, kata alumni IAIN Susqa ini, akan lebih tepat jika dibangun pemecah ombah, dengan begitu ombak yang sampai ke bibir pantai tidak lagi kuat karena sudah membentur pemecah ombak. “Kondisi terparah itu sekitar 50-70 meter, menurut kami kalau pemerintah serius ingin megatasi laju abrasi ini, maka salah satu cara adalah membangun pemecah ombak,” harapnya.
Dikatakan Mahzum, saat ini jarak bibir pantai dengan rumah penduduk sekitar 200 meter. Melihat kondisi yang terjadi saat ini, diperkirakan tidak sampai 2 tahun rumah penduduk tersebut akan disapu ombak.
“Sekali lagi kami sangat berharap, pemerintah daerah menindaklanjuti apa yang menjadi keluhan kami selama ini. Sudah banyak lahan yang tersapu ombak, jika tidak segera ditangani rumah-rumah warga juga bakal lesap,” ujar Mahzum.(adv/humas)