PEKANBARU (HR)-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru memprediksi akhir Januari dan awal Februari ini Provinsi Riau akan memasuki musim kemarau.
Hal itu disampaikan Staf Analisis BMKG, Ahmad Agus W, Kamis (21/1) di kantornya, Kompleks Bandara Sultan Sarif Kasim II Pekanbaru.
"Sebenarnya kalau bulan Januari ini sudah mengalami penurunan, di awal Februari sebenarnya puncak kering, puncak terendah untuk hujan. Untuk wilayah Riau sendiri, yang dikhawatirkan di bulan Februari kebakaran hutan lagi, terutama untuk daerah pesisir karena wilayah di bagian tersebut cenderung lebih kering dibanding wilayah Barat," ujar Ahmad.
Ahmad menjelaskan, antara Februari sampai Maret potensinya memang kering dan potensi kebakaran hutan meningkat. Sedangkan puncak hujan pertama akan terjadi pada bulan April.
"Namun, untuk minggu kedua Januari kondisi hujan agak banyak terutama di wilayah Riau bagian Selatan, Tengah dan Barat meliputi Indragiri Hulu, Kuantan Singingi, Pekanbaru, Kampar, dan Rokan Hulu. Salah satunya dikarenakan adanya gangguan cuaca berupa tekanan udara rendah di Samudera Hindia di sebelah selatan Sumatera," jelas Ahmad.
BMKG
Pola angin dan tekanan cenderung masih konvergen (menuju satu titik pertemuan), intinya kelembaban udara masih mendukung karena kelembaban udara masih bagus untuk pembentukan awan, yaitu aliran udaranya masih bertemu di wilayah bagian Riau.
Ahmad menambahkan, musim kemarau di wilayah Riau berbeda dengan Jawa. Musim kemarau di Riau tidak dapat dikatakan tidak ada hujan sama sekali berbeda dengan tipe monsun di Jawa.
"Kalau di Jawa, pada musim kemarau memang tidak ada hujan sama sekali, dua sampai tiga bulan tidak ada hujan. Tapi kalau kemarau di Riau masih ada hujan namun intensitasnya kecil dan jarang. Hal ini disebabkan perbedaan tipe hujan di Indonesia," paparnya.
Sementara itu, untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau, BMKG membuat peta rawan kekeringan. Untuk mengantisipasi banjir pada musim hujan, BMKG telah membuat peta potensi daerah rawan banjir.
Peta yang telah jadi adalah untuk daerah Kampar, sebagian Rohul dan Rohil. Selain itu juga ada peta hari tanpa hujan, peta dasarian yaitu peta hujan dalam sepuluh hari, dan buletin bulanan yaitu membuat analisis dan prakiraan bulanan."Jadi itu yang biasanya kita sebarkan ke daerah yang masyarakatnya membutuhkan informasi tersebut," pungkas Ahmad.(cr1)