RIYADH (HR)-Anjloknya harga minyak dunia memberikan dampak nyata untuk kemakmuran Arab Saudi. Menandai satu tahun kekuasaan Raja Arab Saudi Salman memutuskan untuk mengakhiri sistem "welfare state" yang selama ini dianut. Raja berusia 80 tahun itu mengambil keputusan mengejutkan dengan memangkas subsidi dan menggulirkan reformasi ekonomi.
Selama beberapa dekade Arab Saudi menggunakan sumber daya minyaknya yang besar untuk mensubsidi harga BBM dalam negeri dan memberi gaji dan tunjangan besar untuk warganya.
Namun, para analis ekonomi menilai, anjloknya harga minyak dunia kali ini benar-benar menghantam perekonomian negeri itu.
"Saya yakin kami sedang di ambang pintu meninggalkan sebuah negara kesejahteraan," kata pakar ekonomi Arab Saudi Turki Fadaq.
Harga minyak dunia anjlok ke titik terendah dalam 12 tahun terakhir hingga mencapai di bawah 28 dolar AS per barel dalam perdagangan pekan ini. Selama bertahun-tahun, 90 persen pendapatan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar di dunia, adalah dari penjualan emas hitam itu.
Namun, anjloknya harga minyak bumi membuat keuangan Saudi terganggu hingga mengakibatkan negeri itu mengalami defisit anggaran hingga 98 miliar dolar AS pada 2015.
"Tantangan semakin berat. Ini semua diawali menurunnya harga minyak yang sudah terjadi jauh sebelum Raja Salman berkuasa," kata Bu-Halaiga, kepala Joatha Consultant Centre.
Sebelum, harga minyak anjlok drastis seperti saat ini, pemerintah Arab Saudi dikenal royal untuk urusan memberikan subsidi dan tunjangan bagi rakyatnya. Tak lama setelah Salman berkuasa, dia mengucurkan 30 miliar dolar AS untuk para pegawai negeri, personel militer, pelajar dan masyarakat lainnya.
Selain itu, pemerintah Arab Saudi juga memberikan subsidi besar untuk semua kebutuhan dasar, termasuk BBM, listrik dan air bersih. Namun, akhir tahun lalu, pemerintah Saudi mengambil langkah mengejutkan dengan menaikkan harga BBM, tarif listrik dan air bersih hingga 80 persen.
Lembaga investasi Saudi Jadwa Investment memperkirakan negeri itu akan menghemat 7 miliar dolar AS setahun dengan mengurangi subsidi energi. Langkah lain yang dilakukan pemerintah Saudi adalah untuk pertama kalinya mengizinkan investor non-penduduk Saudi untuk terlibat di bursa saham negeri itu.
Pemerintah Saudi juga mulai menerbitkan surat utang negara di pasar dalam negeri. Selain itu, pemerintah Saudi juga mempersiapkan skema pajak baru dan privatisasi lebih lanjut.
Salah satu langkah yang mengejutkan para analis adalah pemerintah Saudi bulan ini menawarkan saham perusahaan minyak negeri itu, Saudi Aramco.(kcm/mel)