Kota Pekanbaru, Kota Bertuah, slogan ini tentu tak asing lagi. Bahkan Walikota dengan visinya menjadikan kota menuju Metropolitan yang Madani, tentu perlu dilihat sejauh mana harapan itu akan terwujud.
Perlu dilihat, jika berdasarkan sudut pandang yang terjadi saat ini, kita nilai jauh dari harapan itu. Seperti penataan kota ini sendiri. Jika dilihat, tentu seharusnya dapat menggambarkan produk kota sesuai visi misi tadi, tertata dengan baikkah? Rapi, indah, harmonis dan efisien. Dalam praktiknya, banyak dijumpai bahwa penataan kota ini sendiri tidak selaras dengan maksud dan tujuannya tadi, alias kotanya justru tidak tertata dengan baik.
Berbicara tentang penataan kota, khususnya di Pekanbaru, seolah jauh panggang dari api. Bidang infrastruktur misalnya, sesuai dengan pandangan dan ini berulang yang terjadi di lapangan.
Seperti kerap di sejumlah ruas jalan, timbunan tanah menggunung di median tengah jalan. Baru saja ditata tamannya, ditanam bunga dan pepohonannya sekarang mau dirombak lagi, mau ditimbun dan dibuat yang baru lagi. Berulang-ulang dilaksanakan dan tidak kunjung selesai.
Hal ini menunjukkan Pemko Pekanbaru sendiri tidak kreatif dan hanya kerap ditemukan proyek tambal sulam yang hanya menghabiskan anggaran dan tak banyak faedahnya. Ada kesan jika program yang dilaksanakan tidak direncanakan dengan matang, sehingga kualitas penataan kota jauh dari harapan.
Proyek tambal sulam seperti itu merupakan penyakit berulang dan tahunan, di Kota Pekanbaru yang berubah slogannya menjadi Kota Madani, slogan baru di kota ini. Katakanlah pembangunan drainase, gorong-gorong, jalan yang tidak berkesudahan di lokasi dan tempat yang sama. Tahun ini dikerjakan, tahun depan ditambal sulam, setahun kemudian diperbaiki lagi. Tidak sudah-sudah dan berkesudahan.
Semestinya kalau boleh kita berpendapat, Pemko harusnya menyiapkan grand design penataan kota yang mantap dan terpadu dulu, baru mengumbar visi besar tersebut (Metropolitan, red). Kalau kita tanya, kemana arah Kota Pekanbaru ini ingin dibawa oleh pemerintah? Sehingga perencanaan pembangunan Kota Pekanbaru tampak maju ke hadapan secara solid dan terarah. Bukan tambal sulam, yang cenderung tidak berdaya tahan lama dan pemborosan anggaran.
Begitu juga dengan pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang mencukupi sesuai amanat undang-undang penataan ruang. Begitu juga, berapa banyak pasar tradisional yang akan dibangun untuk menampung para Pedagang Kaki Lima (PKL) dan masyarakat menengah ke bawah lainnya. Belum lagi rencana pembangunan kawawan industri kecil, menengah dan berat di Pekanbaru.
Dalam hal ini, memang mau tidak mau, harus direncanakan dengan serius. Sehingga produknya dapat efektif dan efisien di dalam meningkatkan kualitas pembangunan kota. Semoga ini menjadi renungan bagi para pengambil kebijakan kota, khususnya Pak Wako. Jika tidak, harapan menuju kota Metropolitan itu hanya angan dan alat untuk pencitraan saja. ***