Tujuh puluh tahun Indonesia telah menikmati kemerdekaan dari belenggu penjajahan, namun masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti, bagian yang tidak terpisahkan dari republik ini, termasuk dalam wilayah Provinsi Riau, sebelum mekar masuk ke kabupaten yang kaya minyak, yakni Bengkalis.
Di usia negara yang merdeka 70 tahun itu, di sebagian besar masyarakat Meranti, masih belum merasakan arti dan makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Betapa tidak, umumnya pulau ini masih terpuruk oleh berbagai ketertinggalan infrastruktur. Mulai dari jalan, jembatan, listrik dan air bersih. Juga sarana pendidikan maupun pelayanan kesehatan.
Tak hanya berkutat pada persoalan infrastruktur, tapi juga masalah ekonomi. Dimana, hingga saat ini daerah yang berpenghuni sekira 248 ribu jiwa tersebut dihadapkan pada persoalan dasar ekonomi. Dimana bahan kebutuhan pokok seperti sembako masih mengandalkan pasokan dari luar daerah. Belum lagi persoalan bahan material bangunan yang memang tidak dimiliki oleh bumi Meranti.
Sebab tanah yang tercipta dari endapan lumpur oleh 3 alur sungai yang membentuk kepulauan tersebut memang tidak dikarunia bahan galian C. Berbagai persoalan yang dihadapi tersebut, membuat pemerintah daerah selama ini terkesan dikejar-kejar oleh berbagai tantangan pembangunan itu. Apalagi dengan kondisi wilayah berpulau dan tidak memiliki bahan galian C kian menambah penderitaan masyarakat.
Selain itu ancaman punah dari derasnya ombak Selat Malaka yang terus menggempur Pulau Rangsang dan beberapa pulau lainnya juga menjadi persoalan tersediri yang hingga saat ini belum ada komitmen tegas dari pemerintah provinsi maupun pusat untuk menyelematkan pulau terluar tersebut. Selain itu, kalau di daerah lain di Provinsi Riau masyarakatnya telah lama menikmati harga BBM subsidi, namun di Ibukota Kepulauan Meranti harga 1 liter bensin tetap tinggi.
Paling murah Rp9.500 per liter dan terjauh sekira 10 ribu lebih. Itu sebelum harga BBM turun sejak 5 Januari lalu. Setelah harga itu diturunkan secara resmi, maka jenis premium dibeli dengan harga Rp9.000 per liter. Itu berarti masyarakat Meranti masih belum bisa menikmati harga subsidi. Masyarakat Meranti sangat berharap agar kehadiran dua SPBU yang telah rampung sejak dua tahun lalu bisa dioperasikan. Sebab masyarakat akan bisa menikmati BBM harga subsidi dan takaran yang pas. ***