Pekanbaru (HR)-Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, merencanakan sekolah selama lima hari, Senin-Jumat, dengan jam sekolah di tambah, dari pagi hingga sore. Dan pada hari Sabtu dan Minggu seluruh siswa diliburkan.
Kadisdikbud Riau, Kamsol, mengatakan, wacana sekolah lima hari ini di ambil, untuk memberikan waktu libur siswa bersama keluarga selama dua hari Sabtu dan Minggu. Namun wacana ini akan dirapatkan terlebih dahulu dengan seluruh Kabupaten Kota serta sekolah.
"Beberapa Provinsi telah menerapkannya. Ini baru wacana, dan perlu di rapatkan dulu, baik dengan Kabupaten Kota, pihak sekolah, dan juga Kemenag," ujar Kamsol, Senin (14/12).
Dijelaskan Kamsol, memang ada kendala dalam menerapkan sekolah Senin-Jumat, karena masih ada sekolah yang siswanya masuk pagi dan siang. Sehingga perlu pendataan. Selain itu, untuk makan siswa pada siang harinya juga perlu dipikirkan.
"Memang masih banyak sekolah yang menerapkan sekolah pagi dan sore, masalah istirahat siswa dan makan juga akan menjadi pembicaraan nanti dalam wacana ini," ujar Kamsol.
Sementara itu, Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Riau, Tarmizi Tohor, setuju saja dengan wacana Disdikbud Riau sekolah Senin-Jumat. Namun perlu ada pertimbangan bagi siswa di Riau yang masih mendapatkan pelajaran tambahana agama, seperti, MDA dan PDTA.
Sejauh ini, pelajaran agama diluar sekolah masih tetap berjalan. Jika siswa masuk pagi maka akan ada tambahan sekolah MDA dan PDTA, begitu juga sebaliknya jika masuk siang maka pelajaran agamanya pada pagi hari.
"Kita harus lihat dulu bagaimana dengan penguatan agama anak-anak kita. Karena penguatan agama hanya akan bisa di terima oleh anak-anak pada saat SD ataupun SMP.
Disdikbud Jangan sampai dengan adanya pelajaran tambahan pagi hingga sore, penguatan agama anak-anak terputus," ujar Tarmizi.
Dijelaskan Tarmizi, nantinya akan banyak MDA dan PDTA yang akan tutup akibat pemberlakuan sekolah dari siang hingga sore. Selain itu ribuan guru-guru MDA dan TPA juga akan sulit lagi mengembangkan ilmu penguatan agama bagi anak-anak.
"Tentu akan kita rapatkan dulu apa efeknya, kalau memang ada jalan keluarnya untuk penguatan ilmu agama bisa saja. Dan begitu juga dengan guru MDA dan TDPA ini apakah bisa ditampung, perlu kajian dulu," tegas Tarmizi Tohor.***