Pasca-ditembak jatuhnya Jet Tempur Rusia oleh Pasukan Militer Turki di wilayah perbatasan Turki dan Suriah, memicu ketegangan antara Turki dan Rusia.
Presiden Turki, Reccep Tayyip Erdogan mengatakan Turki telah berulang kali memperingatkan Rusia agar tidak melewati wilayah udara Turki dalam penyerangan ISIS di Suriah.
Turki menembak jatuh Jet Tempur Rusia hanya untuk melindungi rakyatnya mematuhi undang-undang International. Namun, Rusia, tetap tidak terima atas penjelasan presiden Turki, bahkan Rusia menuduh Turki terlibat perdagangan minyak illegal dengan ISIS.
Rusia mengatakan penembakan tersebut disengaja karena Turki secara diam-diam melakukan bisnis dengan ISIS, namun disisi lain, fakta bahwa Rusia memang mempunyai misi lain di Suriah.
Meskipun Rusia mengaku misi militer di suriah untuk memerangi ISIS, namun di sisi lain Rusia diketahui sangat dekat dengan Presiden Bassar Al Assad, Presiden Suriah.
Sebaliknya, konflik Suriah semakin complicated, karena di sisi lain Turki dan Amerika Serikat berserta sekutunya, menyerukan untuk memerangi ISIS dan mennggulingkan Presiden Suriah, Bassar Al Assad.
Dengan demikian muncul berita bahwa AS melatih ISIS untuk membantu menggulingkan Presiden Assad. Situasi ini tentu membuat dua blok yang berbeda kepentingan, antara NATO yang yang di dalamnya, Turki dan AS, dengan kubu Rusia yang notabene selalu bersebrangan dengan NATO.
Selain dua kubu tersebut, juga dipersulit dengan semakin merajalelanya ISIS dengan beberapa negara. AS dan Sekutunya tentu tak mau kecolongan dengan kebrutalan ISIS hingga ancaman teror bagi negara-negara yang ikut memerangi ISIS di Suriah.
Fakta menarik lainnya, Turki dan Saudi Arabia yang selama ini, tidak sejalan, namun konflik di Surih mereka mempunyai kepentingan yang sama yakni menggulingkan Presiden Bassar Al Assad yang notabene adalah menganut paham Syiah.
Artinya konflik di Suriah tak hanya soal geopolitik antara NATO dan Rusia namun juga antara Sunni dan Syiah, menariknya, Rusia selama ini dekat dengan pemimpin negara Islam berpaham Syiah, tentu saja juga mendapat dukungan dari Iran.
Sebagai negara sama-sama menganut sistem sosialis komunis, Cina sudah pasti berada di Blok Rusia.
Sehingga komplikasi konflik ini banyak mengkhawatirkan penduduk dunia akan terjadinya Perang Dunia III. Bahkan peramal terkenal dari kalangan Yahudi dahulunya telah meramalkan akan terjadi perang dunia III dengan dimulai oleh Turki dan Rusia, ini juga pertanda kiamat dan kedatangan Nabi Isa.***