MANADO (HR)-Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi tentang waspada uang palsu untuk mengantisipasi peredarannya saat pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang dilakukan serentak pada 9 Desember 2015.
"Masyarakat harus terus waspada dan harus tahu membedakan mana uang rupiah yang asli dan mana uang palsu," kata Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara Peter Jacobs di Manado, Jumat (27/11).
Peter mengatakan, biasanya orang-orang yang tidak bertanggung jawab akan memanfaatkan kesempatan tertentu seperti Pilkada untuk melakukan peredaran uang palsu, sehingga masyarakat harus lebih waspada.
Oleh karena itu, kata Peter, sosialisasi dan kas keliling akan terus dilakukan baik terhadap swalayan, pasar tradisional ataupun di tempat penduduk sehingga masyarakat akan lebih teliti jika menerima uang.
BI Sulut telah melakukan kerja sama dengan kepolisian bahkan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam menyosialisasikan keaslian uang rupiah.
"Jika masyarakat tahu membedakan mana rupiah asli atau palsu, maka kita tidak akan tertipu, karena uang palsu tidak akan ada penggantiannya," jelasnya.
Hingga posisi Oktober 2015, ada sebanyak 262 lembar uang palsu yang ditemukan di Provinsi Sulut.
"Dari Januari hingga Oktober 2015, sebanyak 262 lembar uang palsu yang ditemukan yakni 40 lembar pecahan 100 ribu, 15 lembar pecahan 50 ribu, satu lembar pecahan 20 ribu dan dua lembar pecahan 10 ribu," jelasnya.
BI, katanya, akan terus berupaya agar temuan uang palsu di Sulut diminimalisir dengan upaya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mengetahui cici-ciri keaslian uang rupiah.
"Untuk penindakan diserahkan langsung ke pihak kepolisian, dan BI sudah melakukan kerja sama tersebut," jelasnya.(okz/mel)