Helat Pilkada serentak 2015 semakin di depan mata. Di Provinsi Riau, ada 9 kabupaten/kota yang akan melaksanakan pesta demokrasi serentak pada 9 Desember mendatang, salah satunya adalah Kabupaten Bengkalis.
Banyak yang berpendapat, Pilkada kali ini kurang gaungnya karena berbagai kebijakan dan aturan main yang dibuat oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Misalnya, pembatasan kampanye akbar yang hanya boleh dilaksanakan satu kali oleh masing-masing pasangan calon serta pembatasan melakukan sosialisasi baik melalui media massa maupun baleho atau spanduk.
Alhasil, agenda politik 5 tahun sekali ini terkesan kurang terasa gaungnya di masyarakat. Aroma kompetisi juga terkesan adem-adem saja, kendati memang calon yang bermodal cekak diuntungkan dengan adanya kebijakan tersebut.
Mengingat ini adalah helat 5 tahunan sekali, seyogyanya pesta demokrasi ini gaungnya bisa dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat sampai ke pelosok-pelosok desa. Di samping itu, diharapkan juga angka Golput bisa ditekan sekecil mungkin sehingga tujuan dan cita-cita melahirkan figur pemimpin yang berkualitas dan kredibel bisa terwujud.
Walau demikian kita tentunya sangat berharap, kendati gaung Pilkada serentak ini kurang dirasakan oleh masyarakat secara luas, partisipasi pemilih pada 9 Desember 2015 nanti tetap tinggi dan bisa melahirkan pemimpin yang benar-benar kredibel di tengah-tengah masyarakat. Sosok pemimpin yang teladan yang dirindukan oleh rakyat, seperti kata pepatah didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting.
Secara historis sosok pemimpin yang dapat dijadikan panutan itu sudah ada. Hal ini dibuktikan dengan kejayaan Islam yang dibawa Rasulullah dan kemudian dijawantahkan oleh Amirul Mukminin, Umar Bin Abdul Aziz Rahimahullah.
Sehingga beliau diangkat menjadi khalifah di tengah masyarakat yang hampir kehilangan pedoman hidup. Perilaku mereka menyimpang laksana binatang, perzinahan menyebar luas seakan dianggap hal yang pantas, demikian juga dunia peradilan seakan mati karena gagal menjadi panglima di hati sanubari.
Eksistensi pemimpin yang dibawa oleh Umar Bin Abdul Aziz secara revolusioner telah melakukan perubahan yang signifikan dalam kultur sosial umat pada masa itu, yakni dari pola pikir subyektif menjadi konstruktif, kebiasaan konsumtif menjadi budaya produktif.
Kehebatan beliau telah menjadi contoh teladan yang baik kepada umat Islam seluruhnya sebagai pemimpin negara yang unggul. Kisah sejarahnya bahkan tercatat rapi di tinta emas dalam lipatan sejarah dari masa ke masa.
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Syeikh Khidariy Beik mengabadikan dalam karyanya dengan sebutan khalifah yang adil sehingga diberi gelaran Khulafa Alrasyidin. Semoga Pilkada Serentak 9 Desember nanti mendatangkan melahirkan pemimpin yang demikian.***