PEKANBARU (HR)-Kekesalan masyarakat Pekanbaru akibat ulah brutal massa penggembira Kongres HMI, akhirnya mencapai puncaknya. Hal itu ditandai dengan kedatangan ratusan massa Asykar Theking ke Gelanggang Remaja, Jl Jenderal Sudirman, Senin (23/11) siang.
Suasana di tempat itu pun langsung berubah menjadi mencekam. Massa Asykar Theking menantang massa yang disebut-sebut rombongan liar alias romli yang berasal dari kawasan Indonesia bagian timur itu, untuk keluar. Selama dua hari ini, massa Romli tersebut mendiami GOR Gelanggang Remaja dan sempat beberapa kali berbuat rusuh dan onar.
Sempat terjadi adu mulut antara kedua kelompok ini yang kemudian berlanjut dengan aksi saling lempar batu. Bahkan bentrok secara fisik nyaris terjadi.
Namun hal itu dapat dibendung, setelah ribuan personil polisi dan TNI yang disiagakan di Purna MTQ yang berada di seberangnya, langsung masuk dan mendinginkan suasana. Namun beberapa di antara massa yang kesal, sempat melampiaskan emosi mereka dengan membakar barang-barang yang ada di sekitar Gelanggang Remaja.
Untuk menghindari terjadinya bentrok susulan, Polresta Pekanbaru pada tadi malam akhirnya memindahkan massa penggembira Kongres HMI dari Indonesia bagian timur tersebut kawasan purna MTQ. Mereka diangkut dengan beberapa unit truk Sabhara milik pihak Kepolisian.
Terkait hal itu, Forkom Perintis Cabang Makassar, Ramlin, mengaku pihaknya bersedia dipindah. Selain untuk menghindari terjadinya keributan, ia dan rekan-rekan bisa mendapat fasilitas yang lebih memadai, khususnya terhadap massa HMI asal Makassar.
"Karena sampai kini Panitia Kongres Nasional masih mengabaikan kami dan tidak bisa menepati janjinya. Maka itu kami berkoordinasi dengan kepolisian, kira-kira bagaimana solusinya," ujarnya.
Ramlin juga sempat menyinggung mengenai banyaknya senjata tajam yang ditemukan saat polisi menggelar sweeping di Gelanggang Remaja. "Senjata tajam saya tidak tahu, bukan anggota saya. Karena begini, teman-teman Makassar itu identik dengan menjaga diri dan membawa senjata tajam, jadi bukan berarti ingin mencari lawan, namun melindungi diri," dalihnya.
Sementara itu, Polda Riau dan Polresta Pekanbaru akhirnya menetapkan delapan orang oknum HMI dari Makassar dan Ambon, sebagai tersangka kepemilikan senjata tajam. Tak ayal, delapan orang yang merupakan massa 'penggembira' dalam Kongres HMI XXIX tersebut terancam dipidana selama 10 tahun.
Dalam keterangannya, Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Aries Syarif Hidayat, mengatakan, para tersangka diamankan dari dua lokasi, yakni di Gelanggang Remaja Jalan Jenderal Sudirman dan Gedung Olahraga Universitas Riau di Jalan Pattimura, Gobah. Tak hanya itu, petugas juga melakukan sweeping di areal Purna MTQ.
"Para tersangka yakni Ha, Js, Da dan Ak. Mereka diamankan di Gelanggang Remaja dan akan diproses Polresta Pekanbaru. Sementara tersangka Ma, Y, Ml dan Ay diamankan dari Universitas Riau. Penanganannya dilakukan Polda Riau," terangnya, Senin kemarin di Mapolda Riau.
Dari tiga lokasi tersebut, petugas menyita sejumlah senjata tajam seperti badik, belati dan beberapa pisau. Petugas juga menyita benda berbahaya lainnya seperti busur panah, katapel serta senjata rakitan.
"Juga ada beberapa senjata mainan, keris, cutter, beberapa cairan. Ini (cairan,red) perlu dilakukan pemeriksaan laboratoris. Tapi dugaan kita racun," lanjut Aries.
Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Riau, Kombes Pol Rifai Sinambela menegaskan, seluruh tersangka akan diproses hukum sesuai aturan yang berlaku. "Tidak ada negoisasisi. (Penyelidikan) akan dilakukan penyidik Polresta Pekanbaru maupun Polda Riau," terang Rifai.
Diterangkannya, kedelapan tersangka itu diamankan karena tertangkap tangan memiliki senjata berbahaya. Ada juga, barang-barang yang sudah dibuang oleh oknum HMI lainnya, seperti di plafon maupun di halaman.
Sementara, terkait identitas para pelaku, Rifai menyebut kalau tidak hanya berasal dari Makassar, namun ada juga satu orang yang berasal dari Ambon. "Namun itu perlu kita dalami. Ini masih pengakuan. Begitu juga mengenai, apakah mereka itu mahasiswa atau bukan. Akan kita dalami dengan memastikan ke kampus-kampus mereka," terangnya.
Ketika ditanya apakah para tersangka juga ikut terlibat penyerangan terhadap mahasiswa UIN Suska, Syahroni, yang mengalami perdarahan usai dipanah, Senin dini hari kemarin, Aries mengatakan hal tersebut masih dalam penyelidikan anggotanya.
"Untuk korban sudah diobati dan dilakukan interogasi. Pelaku masih dalam penyelidikan dan pengembangan anggota di lapangan," pungkas Aries.
Sementara Kabid Humas Polda Riau, AKBP Guntur Aryo Tejo, mengatakan, terhadap para tersangka ini, Guntur menyebut akan dijerat dengan Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951. "Ancaman pidananya 10 tahun," tandas Guntur.
Persiapan Rusuh
Pengakuan mengejutkan datang dari salah tersangka, yang enggan yang diungkapkan identitasnya. Ia mengakui, sengaja membawa senjata tajam untuk menjaga diri di Pekanbaru. "Memang sengaja dibawa, Bang. Dari tempat asal, sebagai persiapan saja," ujarnya.
"Namanya kongres. Banyak yang datang. Pasti selalu ada rusuh. Kami bersiap menghadapi ini," terangnya lebih lanjut.
Ia juga tidak menampik, puluhan senjata tajam dan senjata rakitan lainnya, dibawa dari Makassar. Barang itu dibawa dalam tas oleh beberapa rekannya dan disimpan sewaktu menaiki bus ke Pekanbaru.
"Sengaja dibawa dan dipersiapkan dari daerah asal. Ini untuk menghadapi situasi yang ada di Pekanbaru, kalau sewaktu-waktu terjadi rusuh," tandasnya.
Hingga Senin kemarin, ulah brutal massa Romli HMI tersebut masih terus berlanjut. Hal itu setelah mereka terlibat perkelahian dengan panitia kongres lokal, Senin dini hari kemarin. Dalam perisitwa itu, salah seorang anggota HMI Pekanbaru bernama Syahroni, yang juga mahasiswa UIN Pekanbaru, terkapar setelah diterjang busur panah pendek pada bagian belakang tubuhnya.
Tidak hanya itu, sejumlah pelaku yang diduga massa Romli HMI asal Makasar, juga nekat menghajar rekan korban hingga mengalami luka-luka di beberapa bagian tubuhnya.
"Benar, beberapa korban mengalami luka-luka, bahkan ada yang terkena busur panah kecil dibagian belakang perutnya," ungkap Wakapolresta Pekanbaru, AKBP S Putut Wicaksono.
Menurut informasi, peristiwa itu terjadi ketika pada Minggu malam, panitia lokal Kongres HMI Pekanbaru mengadakan rapat internal terkait aksi anarkis yang dilakukan Romli HMI asal Makasar, di sebelah gang Hotel Green Jalan Arifin Ahmad.
Mereka adalah Satrio, Febrizon, Afgani Harahap, Syahroni dan Alitondi Hasibuan. Saat sedang asyik berbincang-bincang, tiba-tiba mereka didatangi sejumlah orang yang diduga anggota Romli asal Makasar. Setelah sempat bertanya, mereka langsung mengamuk dan menghajar para korban.
Tak berapa lama, rusuh itu diketahui anggota HMI asal Pekanbaru yang lain. Mereka pun langsung mengejar anggota Romli tersebut. Sempat terjadi aksi saling lempar batu di depan SPBU jalan Arifin Achmad. Ketika itulah, Syahroni terkena busur panah.
Untunglah bentrok itu bisa diatasi segera, setelah petugas mendatangi lokasi. Selanjutnya, korban langsung dievakuasi ke rumah sakit.
Sementara itu, Pemprov Riau bersama Polda dan Korem 031/WB serta panitia Kongres HMI, sepakat untuk memulangkan massa Romli tersebut ke daerah asal. Rencananya, mereka akan dipulangkan dengan menggunakan kapal TNI AL di Kota Dumai.
Plt Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, khawatir dengan apa yang telah terjadi pada Kongres yang telah memakan korban luka. Untuk itu Pemprov mengevaluasi bagaimana agar kongrea bisa tetap berjalan dengan baik dan mengurangi hal yang tidak diinginkan.
"Kita mengharapkan agar semua peserta kongres berkomunikasi dengan baik. Mana yang diinginkan pengembira dipenuhi, mana yang tidak penanggungjawabnya yang memenuhi. Biarkanlah kongres berjalan dulu kita ingin semuanya selesai dan berjalan baik," ujarnya.
Sedangkan terkait ulah massa Romli yang berbuat onar tersebut, Plt Gubri mengatakan, pihaknya menyerahkan kepada aparat penegak hukum. "Kalau masalah itu kita Pemerintah menyerahkannya kepada kepolisian untuk menyelesaikannya," ungkap Plt.
Sementara itu, Kepala Kesbangpolinmas, Ardi Basuki, mengatakan, rencana pemulangan itu telah disepakati pengurus Kahmi. Sebelum dipulangkan, mereka terlebih dahulu ditempatkan di beberapa lokasi agar tidak terjadi kerusuhan.
"Di antaranya, di aula Arhanud, aula BLK, aula Brimob dan di aula Disperindag. Sambil menunggu kapal TNI AL yang akan membawa mereka pulang," ujar Ardi Basuki.
Pernyataan senada juga dilontarkan angggota DPRD Riau, yang juga pengurus Kahmi, Mansyur. "Walaupun sudah ada jaminan dari korlabnya tidak akan terjadi kerusuhan, kami tetap akan mengungsikan pengembira yang mencapai 1300 orang itu. Dan rencana pemulangan mereka dengan menggunakan kapal TNI AL juga sudah dikoordinasikan," ujar politisi PKS ini. (dod, nom, nur, grc)