MEDAN (HR)-Danau Toba menjadi salah satu dari 10 destinasi pariwisata yang menjadi prioritas dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Destinasi lain adalah Candi Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (Lombok NTB), Labuhan Bajo (NTT), Bromo-Tengger Semeru (Jawa Timur), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Tanjung Lesung (Banten), Morotai (Maluku Utara), dan Tanjung Kelayang (Bangka Belitung).
Pembangunan 10 destinasi pariwisata ini diharapkan akan mendorong peningkatan arus investasi pariwisata serta kunjungan wisatawan yang tahun ini ditargetkan sebanyak 10 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan 255 juta pergerakan wisatawan nusantara (wisnus).
Mengutip Menko Kemaritiman Rizal Ramli beberapa waktu lalu, ke-10 destinasi pariwisata tersebut dakan mendapat prioritas pembangunan infrastruktur dan fasilitas penunjang dengan melibatkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) serta Kementerian Perhubungan (Kemhub).
Rizal Ramli sendiri menginginkan Danau Toba jadi Monaco of Asia sebagai lokasi wisata kelas dunia dan seperti kawasan Monaco di Laut Mediterania (Eropa) dengan infrastruktur yang lengkap.
Menuju Danau Toba menjadi kelas dunia, Danau Toba memerlukan penataan tata lingkungannya, infrastruktur termasuk membangun Bandar udara disekitaran Danau Toba untuk mempermudah akses wisatawan mancanegara (wisman). Terkait upaya itu, pemerintah telah menyiapkan sejumlah kebijakan untuk mengembangkan Danau Toba.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, pada pembukaan Festival Danau Toba di Pasar Buah dan Bunga Berastagi, Kabupaten Karo, Kamis (19/11), menyebutkan salah satu kebijakan pengembangan ikon Provinsi Sumatera Utara itu adalah membentuk badan khusus mengelola manajemen pemberdayaan potensi danau yang dikelilingi tujuh kabupaten di Sumut tersebut.
“Pembentukan badan pengelola Danau Toba itu sedang dalam proses penyelesaian,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan revitalisasi potensi wisata di kawasan Danau Toba dengan memperbaiki infrastuktur jalan, air, dan listrik. Saat ini, lanjut Arief, pemerintah tengah memfokuskan perhatian terhadap sektor pariwisata karena dianggap mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar hingga enam kali lebih banyak.
Ia mencontohkan, pada tahun-tahun sebelumnya, sektor pariwisata mampu menyerap sekitar 11 juta tenaga kerja dan menghasilkan devisa hingga 11 miliar dolar AS. Berdasarkan data tersebut, ia optimis penerimaan negara dari sektor pariwisata akan lebih besar dari sektor minyak di tahun 2020 mendatang.
Untuk Provinsi Sumut sendiri, pihaknya memproyeksikan pendapatan provinsi tersebut bisa mencapai Rp30 triliun pada tahun 2019. Ia berharap di tahun 2017 mendatang, keberadaan Geopark Kaldera Toba sudah mendapatkan sertifikasi dari UNESCO.
Karena itu, pihaknya meminta seluruh pemangku kebijakan sektor pariwisata di Sumut untuk membuat agenda wisata yang berskala internasional seperti balap sepeda “Tour de Toba“. Penetapan Danau Toba sebagai prioritas pengembangan destinasi pariwisata karena memenuhi tiga kriteria umum.
Ketiga kriteria umum itu meliputi attractiveness (diutamakan yang berada pada KSPN), area coverage (minimal 100 ha), dan accessibilities (memiliki aksesibilitas dan konektivitas dengan dukungan infrastruktur) serta kriteria khusus adanya creating values (nilai tambah) sekaligus komitmen dan dukungan Pemerintah Daerah (Pemda). Menurut Arief, kejayaan Danau Toba era 80-an akan dikembalikan sebagai destinasi unggulan berkelas dunia dan banyak dikunjungi wisatawan.(wol/rio)