Dalam setiap penyelenggaraan pemilihan umum, baik legislatif maupun eksekutif, senantiasa para calon menyampaikan visi dan misi untuk mencari dukungan agar nantinya dapat terpilih.
Berbagai cara dan strategi akan dipersiapkan untuk mencapai tujuan. Salah satunya dengan mengucapkan kata manis yang menjanjikan dan ditambah dengan sedikit hadiah. Tak jarang membuat masyarakat menjadi terlena.
Namun dalam realisasinya bagaimana, saat mereka sudah terpilih?
Hal ini perlu dicermati bagi masyarakat 9 kabupaten/kota di Provinsi Riau, yang tak lama lagi akan dihadapkan pada penyelenggaraan pesta demokrasi lima tahunan, yakni Pemilukada. Di mana, 26 pasangan calon akan bertempur dan menawarkan visi dan misi masing-masing.
Jika sampai masyarakat terkecoh dengan janji kosong dan kenikmatan sesaat dari para calon maka kesalahan itu harus dibayar mahal sendiri oleh masyarakat selama lima tahun ke depan.
Sebab, dilihat dari segi pembelanjaan atau pengeluaran dana kampanye yang dikucurkan setiap para calon, nilainya cukup fantastis.
Apa mungkin setelah terpilih, ratusan juta bahkan miliaran rupiah yang dikeluarkan semasa kampanye dibiarkan begitu saja, diam dan tanpa ada usaha untuk mencari pengganti?
Artinya, dibutuhkan kejelian dalam memilih pemimpin yang benar-benar mampu membuktikan, bahwa visi dan misi yang ditawarkan bukan janji omong kosong belaka, tapi janji yang realistis untuk direalisasikan dan dipertanggungjawabkan.
Langkah ini perlu menjadi perhatian serius bagi kita semua, sebagai awal dalam mewujudkan pemerintah yang bersih, bermarwah dan bermartabat.***