DUMAI (HR)-Sebagaimana situs budaya Pesanggrahan Puteri Tujuh yang terkenal di nusantara ini, cagar budaya lainnya yang dikenal sebagai icon wisata religi Kota Dumai adalah komplek Makam Syeikh Sayyid Aziz Ibarahim yang berlokasi Jalan Wisata Bangsal Aceh, Kecamatan Sungai Sembilan.
Komplek Makam Syeikh Sayyid Aziz Ibrahim berada dalam kawasan rawa-rawa yang sudah mengering dan lokasi lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Dalam komplek tersebut ada tiga makam, yakni makam Syaik Sayid Aziz Ibrahim, Pangeran Aceh dan makam Panglima Fathurullah.
Syeikh Sayid Aziz Ibrahim gugur pada pertempuran melawan tentara Aceh dalam mempertahankan daerah Dumai. Diperkirakan hidup sekitar 1770-1850. Dalam legenda, pada zaman dahulu kala, di daerah Dumai berdiri sebuah kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung.
Kerajaan ini diperintah oleh seorang Raja Pamalayu Dumai Syaikh Sayyid Aziz Ibrahim dan Ratu yang bernama Cik Sima. Ratu ini memiliki tujuh orang putri yang elok nan rupawan, yang dikenal dengan Putri Tujuh. Dari ketujuh putri tersebut, putri bungsulah yang paling cantik, namanya Mayang Sari.
Putri Mayang Sari memiliki kulit yang lembut bagai sutra, wajahnya elok berseri bagaikan bulan purnama, bibirnya merah bagai delima, alisnya bagai semut beriring, rambutnya yang panjang dan ikal terurai bagai mayang. Karena itu, sang Putri juga dikenal dengan sebu tan Mayang Mengurai.
Setiap tahun tepatnya pada April serta memasuki bulan suci Ramadan, sekitar ribuan ulama besar melaksanakan haul di Komplek Makam Syeikh Sayid Aziz Ibrahim tersebut.
Mereka berdatangan dari penjuru wilayah Riau, serta provinsi tetangga untuk memperingati wafatnya ulama besar yang diyakini sebagai Raja Kerajaan Sri Bunga Tanjung beristerikan Ratu Sima yang juga ayahnda dan ibunda dari Puteri Tujuh.
Namun, jika pada hari biasa, Komplek Makam Syeikh Sayid Aziz Ibarahim ramai dikunjungi wisatawan lokal dan luar. Bahkan ada yang datang dari beberapa kota di Pulau Jawa. Baik dari umum, kalangan pendidikan, serta pemerhati sejarah dan budaya.
Khusus kunjungan wisatwan dari kalangan ulama yang berlangsung hingga empat hari, peziarah bermalam di rumah warga sekitar. Ada juga yang tinggal di musala dalam komplek pemakaman tersebut.
Kedatangan, arus peziarah dan wisatawan ini juga mampu mendongkrak usaha kecil di sekitar lokasi tersebut. Berjejer penjual souvenir serta rumah makan berdiri di Jalan Wisata Bangsal.
Hanya saja hingga kini belum ada Perda tentang situs budaya tersebut, sehingga belum bisa dipungut tiket masuk. Namun, saat ini Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Dumai tengah menggodok produk hukum tersebut, sehingga cagar budaya tersebut tahun depan bisa dijadikan sebagai salah satu sumber PAD.
"Setiap tahun tak kurang seribu pengunjung mendatangi Komplek Makam Syeikh Sayyid Aziz Ibarahim. Ada keperluan berziarah, sejarah dan pendidikan. Saat ini, kita tengah menggodok Perda tentang cagar budaya ini. Sehingga bisa dimasukan sebagai bagian sumber PAD Kota Dumai," ujar Darmawan, Kadis kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Dumai.***