Jakarta (HR)-Seiring makin meningginya tensi di Laut China Selatan, pesawat tempur TNI AU di Lapangan Udara Roesmin Nurjadin kian rajin melakukan patroli di wilayah perbatasan Indonesia.
Hal ini sebagai efek getar (deterrent effect) terhadap sejumlah negara yang tengah bersengketa di kawasan tersebut.
"Operasi ini dinamakan dengan Baruna Nusantara atau operasi perbatasan," kata Komandan Lanud Roesdin Nurjadin Marsma TNI Henri Alfiandi ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin (9/11).
Menurut dia, Operasi Baruna Nusantara dilakukan dari segala sisi. Hal itu dimulai dari Lanud di Kalimantan, Lanud Halim dan Lanud Pekanbaru.
"Dari Kalimantan, kemudian dari Lanud Halim ada juga. Sementara di Selat Malaka dan Kepuluan Riau oleh Lanud Pekanbaru. Hal ini sebagai deterrend efek bagi negara yang tengah berkonflik di Laut China Selatan," ujar Henri.
Menurut Henri, Indonesia perlu 'hadir' dalam konflik Laut China Selatan. Hal ini untuk mengamankan wilayah Indonesia dari gangguan keamanan, tanpa terlibat jauh atau berpihak dalam negara yang berkonflik tersebut.
"Melihat situasi di Laut China Selatan yang kian memanas, Indonesia perlu hadir di sana. Makanya dilakukan Operasi Pengamanan Perbatasan," tegas Henri.
Tahun depan, sambung Hendri, Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru akan meningkatkan intensitas Patroli Perbatasan, khusunya pada tahun depan. Sarana dan prasarana tengah dipersiapkan.
"Sudah dipersiapkan. Biasanya yang patroli adalah Pesawat Hawk dan F-16 (yang baru ditempatkan)," ungkap Hendri.
Sebelumnya, TNI mengirimkan armada tempur ke Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau (Kepri). TNI mengirimkan 7 kapal perang untuk menjaga kedaulatan NKRI dari ancaman China, ditambah dengan patroli pesawat tempur. (Nil/rio)