SELATPANJANG (HR)-Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Meranti H Mamun Murod mengungkapkan pihaknya butuh sekira 900 sekat kanal untuk dibangun di seluruh wilayah Kepulauan Meranti.
Hal itu untuk memberikan jaminan ketinggian air yang terdapat dalam tanah. Dimana sekat akan dibangun pada semua kanal-kanal yang ada.
Sekat dengan kondisi semi permanen diperkirakan akan menghabiskan anggaran sebesar lebih kurang Rp17 juta/ sekat. Sementara sekat yang dibuat dari konstruksi beton atau permanen untuk satu sekat dibutuhkan biaya sekira Rp.167 juta.
Perkiraan itu belum termasuk biaya lainnya yang mungkin timbul saat pelaksanaan. Sebab jika kondisi material dalal kondisi normal, maka yang perlu ditambah barangkali hanya upah angkut atau upah pikul masyarakat ke lokasi pembangunan.
Sebab tentu saja lokasi atau areal yang akan dibangun sekat kanal itu hanya bisa dilalui dengan jalan kaki. Sehingga untuk pengakutan bahan materialnya dari pelabuhan ke lokasi sekat yang akan dibangun harus menggunakan tenaga manusia. Itupun haruslah dipikul.
Untuk itu anggaran yang disebutkan itu hanya anggaran kasar saja. Belum termasuk jika kondisi bahan material yang langka, seperti pasir,”jelas Murod kepada Haluan Riau di Selatpanjang Rabu kemarin.
Ditambahkannya, selain memasang sekat dalam kanal yang ada, juga dibutuhkan pintu klep yang cukup banyak untuk membendung air dari darat yang akan terbuang ke laut.
Menurutnya, sebelumnya perusahaan sagu yang ada di Meranti selama ini juga telah menerapkan sistem sekat kanal itu. Seperti di areal PT National Sago Prima sendiri telah membuat sekat kanal sebanyak 152 buah.
Demikian juga terhadap perkebunan sagu milik masyarakat. Dimana sejak kehadiran Presiden Jokowi di Tebinginggi Timur, maka sejak itu masyarakat telah melakukan bloking kanal. Dengan demikian program sekat kanal yang dilakukan itu sejauh ini mampu meredam tidak terjadinya kebakaran hutan dan lahan,” akunya lagi.
Untuk mengahadapi kemarau seperti ini lanjut Murod, kepada seluruh masyarakat diharapkan agar tetap waspada terhadap ancaman kebakaran. Dan juga kepada para tauke pemilik kebun sagu yang luas agar menerapkan pola sekat pada seluruh areal kebun sagunya.
"Tidak membuang air secara langsung, tapi sebelumnya dengan menjamin ketinggian permukaan air dalam tanah, sehingga gambut tetap dalam posisi basah atau paling tidak lembab. Dengan demikian ancaman kebakaran akan bisa dihindari,”sebut dia lagi. (jos)