GUNUNG TOAR (HR) - Bupati Sukarmis mengaku bertanam padi sangat erat dengan adat istiadat yang mengakar sejak lama. Budaya menanam hanya dilakukan sekali dalam setahun dan hasilnya tidak pernah dijual."Meskipun penuh lumbungnya, masyarakat Kuansing tidak pernah menjual beras.
Bagi mereka, menjual beras merupakan perbuatan takabur dan sama halnya menjual anak sendiri," ujar Sukarmis dihadapan Staf Ahli Menteri Pertanian Mukti Sardiono dan masyarakat Gunung Toar sebelum panen raya, Kamis (22/1). Hadir Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Riau Zailani Arifsyah, DPRD, Dandim dan Polres Kuansing.
Untuk Kuantan Singingi terdapat dua musim, yakni musim menanam dan musim hewan ternak. Ketika sawah usai dipanen, kebiasaan masyarakat melepaskan hewan ternak.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat menggantungkan hidup dari hasil perkebunan. Hasil dari pertanian tidak pernah dijual. Namun, saat ini harga karet tidak menentu.
"Sudah saatnya kita fokus ke hasil pertanian, jika tidak mau jual separuh, jual seperempat. Setidak-tidaknya dijual sama tetangga," ujarnya.
Sukarmis meminta masyarakat membuat koperasi guna memasarkan beras. Dengan demikian, ekonomi masyarakat tidak akan pernah goyang meskipun harga karet turun.
"Buatlah koperasi, nanti kita cetak karungnya. Kita tentukan apa nama beras dari Kuansing. Saya yakin, kita bisa mengirim beras ke daerah lain," ujar Sukarmis optimisi.
"Kalau sebagian beras dijual, ini bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, beli pakaian dan belanja anak sekolah," tambah Sukarmis.
Sukarmis berharap masyarakat bisa merubah pola menanam padi, dari yang awalnya hanya sekali setahun, mulai sekarang bisa dua kali. "Apalagi, saat ini sudah ada sistem pengairan yang bagus," katanya.(adv/humas)