PASIR PENGARAIAN (HR)- Kondisi ekonomi masyarakat saat ini terus melemah. Hal itu disebabkan karena harga komoditas andalan masyarakat seperti tandan buah segar kelapa sawit dan karet masih berada di titik rendah.
Hingga saat ini harga TBS di tingkat pengepul rata-rata berkisar antara Rp700 hingga Rp900 per kilogram. Sedangkan harga karet tingkat pengepul berkisar antara Rp6.000 hingga Rp7.000 per kg.
Rendahnya harga komoditas petani sangat merugikan masyarakat khususnya Pasir Pengaraian dan sekitarnya. Untuk mengatasi krisis ekonomi ini Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu belum bisa berbuat banyak, karena harga komuditas TBS dan karet ini ditetapkan para cukong yang duduk manis di pabrik yang mereka kelola.
Dampak penurunan harga nilai jual hasil perkebunan petani, terutama komoditi karet, kini kian hari mulai dirasakan masyarakat. Petani yang sebelumnya mengais rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya cukup teratasi dengan memanfaatkan hasil perkebunan, kini terpaksa harus beralih profesi menjadi buruh upah tani dan buruh bangunan.
“Sejak harga karet turun, yang semula biasanya mengolah kebun sendiri, sekarang terpaksa jadi buruh upah di tempat orang. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan, biaya sekolah anak dan biaya cicilan lainnya,” ungkap Jamal (46), yang diamini Hendrizon, warga Pasir Pengaraian, Minggu (1/11).
Diceritakan Jamal dan Hendrizon, saat harga jual hasil panen sawit sebelumnya dijual berkisar Rp1.000 hingga Rp1.200 per kilonya dirinya petani di daerahnya sempat berjaya. Ada yang beli mobil dan kredit mobil. “Namun dengan kondisi ekonomi saat ini sebagian diantara petani ada yang jual mobil dan ada yang ditarik dealer,” keluh mereka.
Untuk menghindari kehancuran ekonomi petani, Jamal dan Hendrizon, berharap kepada pemerintah daerah, provinsi, bahkan pusat untuk secepatnya mencari solusi dan memperhatikan kondisi kehidupan yang kini mendera petani yang semakin hari kian melemah. “Artinya bagaimana supaya harga karet dan sawit ini tetap tinggi. Karena khususnya Pasir Pengaraian sebagian besar penduduknya adalah petani,” urainya. (gus)