Pekanbaru (HR)-Sejumlah keluarga korban meninggal akibat kabut asap yang melanda Provinsi Riau, menerima langsung santunan dari pemerintah yang disampaikan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa, Sabtu (31/10), di Posko evakuasi warga di Dinas Cipta Karya dan Binamarga, Riau.
Santunan yang diberikan sebesar Rp15 juta, sebagai bentuk belasungkawa dari Pemerintah. Penyerahan dilakukan secara simbolis kepada 4 keluarga korban, dari 7 korban yang meninggal di Riau.
"Apa yang kami berikan ini sebagai bentuk belasungkawa dari Pemerintah. Dampak kabut asap menyisakan duka yang cukup dalam bagi anggota keluarga yang ditinggalkan. Saya juga merasakan apa yang menjadi duka keluarga yang ditinggalkan," ujar Mensos, kepada keluarga korban, saat menyerahkan santunan.
Penyerahan santunan kepada keluarga korban, penuh dengan suasana haru. Dua orang keluarga korban, Lili Wirmaria dan Nanda Febriani, meneteskan air mata saat menerima santunan lansung dari Menteri. Menteri pun memeluk Lili dan juga Febriani.
"Sabar dan tabah ya, ini cobaan," ucap Menteri.
Nanda Febriani, yang suaminya meninggal bernama M Iqbal Ali (31), yang meninggal pada tanggal 21 Oktober lalu, mengatakan, ia sangat berterimakasih sekali atas bantuan dari Pemerintah, dan dapat membantu memghidupkan tiga orang anak, yang ditinggalkan suaminya.
"Santunan ini memang tidak membuat suami saya hidup kembali. Tapi saya bersukur dan Alhamdulillan ini bisa membantu," ujar Febriani, sambil menggendong anaknya Nanda, yang baru berusia 11 bulan.
Pada kesempatan itu, Febri juga memberikan surat Yasin, kepada Mensos Khoifah. Surat Yasin itu ia berikan untuk mengenang suaminya yang meninggal, setelah 40 hari. Ia juga berucap kepada Menteri jangan ada lagi korban-koban lain.
"Nanti malam (kemarin red) 40 hari suami saya meninggal. Saya berharap asap ini cepat hilang dan tidak terjadi lagi di Riau. Jangan ada korban lagi," ucap Febri, dengan mata yang berkaca-kaca.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Mukhlis, orang tua dari Muhannum Anggriawati, yang meninggal pada tanggal 10 September 2015 lalu. Muklis mengatakan, santunan yang diberikan bukanlah akhir dari segalanya. Kedepan ia sangat menghimbau kepada Pamerintah untuk betul-betul serius menangani kebakaran lahan dan hutan yang ada di Riau, yang menyebabkan timbulnya asap.
"Kedepan jangan ada lagi korban, keprihatinan dalam bentuk santunan ini bukan yang diminta. Tapi asap ini jangan ada lagi di Riau," ucap Muklis.
Pernyataan Muklis dan Febriani itu, juga sama dengan kelurga korban lainnya yang menerim santunan. Lili Wirmaria, yang anaknya meninggal bernama Ramadani Lutfi (9) tanggal 21 Oktober, dan juga Ari Saputra, yang orangtuanya meninggal bernama, Yurmalis (49), pada tanggal 23 Juli 2015.
Mensos menambahkan, kabut asap yang terjadi di Riau dengan tingkat Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) diambang batas, sehingga sangat membahayakan kesehatan khususnya bagi masyarakat yang berpotensi tinggi seperti anak-anak, lansia, dan juga penderita gangguan pernapasan.
"Untuk meminimalisasi dampak buruk kabut asap, Pemerintah menyiapkan langkah-langkah evakuasi jika kondisi udara memburuk dan salah satunya dengan opsi menyediakan penyaring udara, atau ruangan yang ber AC," ungkap Mentri.
Usai menyerahkan santunan kepada keluarha korban, Menteri bersama jajaran pejabat Pemprov Riau, meninjau posko evakuasi, di aula Dinas Binamarga dan Cipta Karya.
Mentri juga sempat berbincang dengan warga Pekanbaru yang masih berada di Posko evakuasi tersebut walaupun udara di Pekanbaru sudah berangsur normal dalam tiga hari ini.
Di dalam posko tersebut dilengkapi dengan pendingin AC yang cukup, tepat tidur dan juga tempat bermain anak-anak. Puluhan anak-anak yang berada di dalam ruangan tersebut berebut untuk bersalaman dengan Mensos.
Perpanjangan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau memutuskan memperpanjang status siaga darurat penanggulangan kebakaran lahan dan hutan selama sebulan mendatang.
Keputusan ini diambil mengingat masih adanya hotspot di Sumatera Selatan dan kemungkinan musim hujan belum tiba.
"Seluruh anggota tim penanggulangan bencana asap sepakat status siaga darurat penanggulangan karlahut diperpanjang hingga 30 November 2015," ungkap Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger, Sabtu (31/10)
Menurut Edwar, sebelum mengambil keputusan tersebut, pihaknya sudah menggelar rapat koordinasi antara Pemerintah Provinsi Riau dengan tim satgas Karlahut di Posko Satgas Karlahut di Lanud Roesmin Noerjadin Pekanbaru, Jumat (30/10) lalu.
Kesepakatan ini juga diambil menimbang beberapa kondisi saat ini. Selain juga untuk mengantisipasi munculnya titik api baru. Karena di Provinsi Sumatera Selatan masih terdapat hotspot.
"Prediksi masih fluktuatif, sebab belum masuk musim hujan," ujarnya.
Diakuinya selain juga akan habisnya masa berlaku status pencemaran udara akibat kabut di Provinsi Riau 1 November esok.
"Kami juga menetapkan perpanjangan status Riau darurat pencemaran udara akibat kabut asap sudah koordinasi dengan BMKG," tuturnya.
Edwar Sanger mengingatkan tim saat ini lebih banyak mencegah dari pada penanggulangan api.
"Jangan sampai lengah, hotspot di Riau¿ menurun namun¿ asap kembali muncul. Dengan pertimbangan itu, status diperpanjang," tegasnya lagi mengulang.
Demikian juga dengan adanya tim satgas TNI yang baru didatangkan, terang dia akan dimanfaatkan seoptimal mungkin.
"Kami minta mereka disosialisasikan tentang hal ini, sehingga mudah-mudahan saat ditempatkan oleh komandan, agar bisa mencegah pembakaran lahan," pungkasnya.
Berdasarkan pengamatan antara di lapangan kualitas udara Pekanbaru secara umum mulai membaik. Hujan yang menyirami beberapa wilayah menjelang sore pada intensitas lebat antara 1-1,5 jam perhari membuat matahari mulai terlihat cahayanya.
Papan Indeks Standar Pencemaran Udara yang dipajang pada tiga titik sudah menunjukkan kualitas sedang dengan kadar PM10 berkisar pada angka 65 mg/m3.
Bahkan aktifitas belajar mengajar disemua jenjang pendidikanpun telah kembali berjalan normal dalam empat hari terakhir.(nur/ant/yuk)