BI: 7 Sektor Alami Kerugian

Kamis, 29 Oktober 2015 - 10:34 WIB
Ilustrasi

PEKANBARU (HR)-Kondisi udara yang masih tercemar karena asap, dirasakan sangat merugikan masyarakat banyak dari berbagai aspek bahkan seluruh sektor perdagangan di Riau. Sehingga berimbas bagi menurunnya kinerja perekonomian di Riau, yang berdampak terhadap turunnya omset bagi dunia usaha.

Demikian diungkapkan oleh Deputi Kepala Kantor Bank Indonesia cabang Riau Irwan Mulawarman, Rabu (28/10) di kantornya. Dikatakannya, sejak kondisi asap BI sudah melakukan survei singkat (quick survey) dengan seluruh pelaku usaha termasuk perbankan. Namun dari hasil tersebut belum seluruhnya yang menyerahkan hasil survei.

"Setelah kita lakukan kajian, maka kita baru mendapatkan data kerugian karena asap di 7 sektor perdagangan. Namun untuk rincian jumlah dari seluruh sektor belum bisa dipaparkan, karena harus dilakukan kajian lanjutan," ujar Irwan.

Dari ketujuh sektor yang mengalami kerugian tersebut, yakni sektor transportasi yang mengalami penurunan omset hingga 60 persen, dilanjutkan pula dari sektor jasa usaha pengiriman (ekspedisi) yang mengalami penurunan hingga 90 persen.Kemudian dari sektor perdagangan, penyedia akomodasi dan makan minum mengalami penurunan sebesar 50 persen, sektor jasa pendidikan dan jasa kesehatan mengalami kerugian sekitar Rp20 miliar hanya selama bulan September.

Selain itu juga, sektor yang mangalami kerugian yakni sektor perkebunan dengan kerugian yang dirasakan bagi petani sawit dan karet dengan masing masing kerugian 54 persen dan 20 persen. Hal ini disebabkan karena harga yang turun dan terhambarnya sinar matahari yang ditutupi karena asap. Sehingga proses kematangan buah menjadi kurang bagus," terang Irwan.

Begitupula halnya di sektor kontruksi, lanjut Irwan, juga mengalami kerugian karena menurunnya produktifitas hingga 40 persen. Sehingga terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang menimbulkan resiko potensi perusahaan terkena blacklist.

"Serta di sektor Perbankan, tentunya sangat berdampak, karena banyak yang mengajukan kredit adalah pelaku usaha mikro-kecil. Sementara dengan kredit yang berhubungan dengan bisnis besar masih terdampak dengan anjloknya harga komoditas. Kondisi ini tentu membuat kelancaran debitur ikut terhambat karena kurangnya jumlah pembeli," sebutnya.

Oleh karena itu, diharapkan seiring dengan masih lemahnya kondisi ekonomi Riau. Kondisi asap tidak ikut serta memberikan dampak dan tidak berlarut-larut. untuk itu, perlu dilakukan penanggulangan serius terhadap masalah asap. Sementara itu, tambah Irwan, pihaknya juga turut mendorong terkait dengan pengadaan alat.

Instrument Landing System 0 meter di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Tujuannya, agar permasalahan penerbangan tidak lagi menjadi kendala karena asap. Karena saat ini bandara baru dapat didarati oleh maskapai penerbangan dengan jarak pandang minimum 1.000 meter.

Juga, terkait dengan kebijakan perbankan, BI juga telah meminta agar seluruh perbankan bisa memberikan rekomendasi untuk melakukan peninjauan kembali dalam memberikan denda terhadap keterlambatan pengirimanan billing statement, kepada debitur yang terimbas karena bencana asap," pungkas Irwan.***

Editor:

Terkini

Terpopuler