Jakarta (HR)-PT Bank Danamon Indonesia Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp1,9 triliun hingga kuartal III tahun 2015. Jika dibandingkan dengan capaian laba bersih yang dibukukan pada periode yang sama tahun lalu di angka Rp2,1 triliun, laba bersih emiten bertiker BDMN ini tercatat turun sekitar 9,5 persen.
"Tapi Kami telah menerapkan beberapa perubahan pada awal tahun ini, untuk meningkatkan kinerja bisnis mendatang. Perubahan-perubahan ini (mulai) menunjukkan hasil yang menjanjikan," ujar Presiden Direktur Danamon, Sng Seow Wah di Jakarta, Senin (26/10).
Menyusul turunnya laba bersih, Seow bilang jajaran Danamon tengah menjalankan beberapa inisiatif untuk meningkatkan produktivitas. Tak hanya itu, katanya jajaran Bank Danamon juga akan mengupayakan efisiensi dengan mengurangi besaran biaya dana.
"Terutama, kami sedang berfokus terhadap peningkatan jangkauan dan kualitas layanan nasabah dengan melakukan restrukturisasi pada jaringan layanan dan penjualan kami," imbuh Seow.
Mengutip laporan keuangan perseroan, pada semester pertama 2015 Danamon meraup laba bersih setelah pajak sebesar Rp1,25 triliun.
Sementara untuk rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income, tercatat berada di kisaran 51 persen, atau menunjukkan perbaikan dibandingkan posisinya pada kuartal-II 2015 yang berada di kisaran 54,6 persen.
Ada pun selisih bunga bersih atau net interest margin (NIM) juga tumbuh dari 7,8 persen pada kuartal-II 2015 menjadi 8,3 persen pada kuartal-III 2015. Seow menjelaskan, peningkatan NIM terjadi akibat disebabkan turunnya biaya dana atau cost of fund.
Sementaran pada sembilan bulan pertama tahun ini besaran jumlah kredit untuk segmen usaha kecil dan menengah (UKM) komersial dan korporat tumbuh dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dari catatan manajemen, kredit segmen UKM Danamon tercatat tumbuh 7 persen menjadi Rp22,6 triliun, kredit segmen komersial juga terjadi pertumbuhan sebesar 5 persen menjadi Rp 16,2 triliun, dan korporat tumbuh 5 persen menjadi Rp18,3 triliun dari Rp17,4 triliun.
Meski begitu, pertumbuhan tersebut diimbangi oleh penurunan kredit di segmen mass market terutama di segmen usaha mikro dan pembiayaan otomotif.
Dengan demikian secara keseluruhan penyaluran kredit turun 4 persen menjadi Rp133,6 triliun pada sembilan bulan pertama dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp139 triliun.(cnn/mel)