Jakarta (HR)-Presiden Joko Widodo yang berencana merayu Google agar mau mendatangkan balon raksasanya untuk menghadirkan akses internet di kawasan Indonesia Timur, ternyata kurang mendapatkan sambutan hangat dari Telkom.
Direktur Innovation and Strategic Portfolio Telkom, Indra Utoyo, menilai inisatif untuk mendatangkan balon raksasa yang juga biasa disebut Project Loon itu, bisa merugikan industri telekomunikasi di Indonesia secara keseluruhan.
"Jelas, sangat (merugikan), tak cuma buat Telkom, tapi juga semua telco, karena mereka (Google) mem-bypass kita," ujarnya saat dikonfirmasi di sela acara Hackathon Merdeka 2.0 di Kaffeine, SCBD, Jakarta, Senin (19/10).
Bagi Telkom, menurut Indra, teknologi yang ditawarkan Google lewat Project Loon itu sangat disruptive dan bisa membahayakan industri telekomunikasi yang telah mengeluarkan investasi banyak, khususnya dari jaringan beserta lisensinya.
"Teknologi mereka men-disrupt telekomunikasi. Kita di-bypass," lanjut Indra. "Dari dulu OTT (over-the-top) memang selalu begitu dengan industri telekomunikasi," sesalnya.
Telkom sendiri mengaku tak berniat untuk melakukan hal serupa. Sebab, kata Indra, proyek balon internet itu belum teruji. "Mereka belum proven, masih tahap riset. Kita nggak bikin, kita kan bukan pabrik, cuma service provider. Kita juga nggak kepikiran bikin," tegasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dan Google, seperti diungkapkan oleh Menpolhukam Luhut Panjaitan, salah satu agenda yang akan dibahas adalah mendiskusikan akses internet nirkabel ke Papua dan wilayah Indonesia Timur lainnya.
Salah satu yang diminta oleh Jokowi, seperti dilansir Reuters, adalah meminta balon pintar internet Google bisa sampai ke daerah sana.
Balon pintar yang mampu menyambungkan akses internet buatan Google ini dinamai Project Loon. Di Australia, Google telah melakukan ujicoba dengan merangkul operator telekomunikasi setempat, Telstra.
Cara Project Loon ini bekerja adalah dengan meluncurkan 20 balon udara di bagian barat Quennsland. Google tidak membeli atau menyewa frekuensi di Negeri Kanguru tersebut.
Dalam proyek ini, Telstra memberi izin pada Project Loon untuk mengakses jaringan BTS memanfaatkan spektrum frekuensi 2,6 GHz. Nantinya, warga akan menerima koneksi Wi-Fi di perangkat komputernya.
Balon udara yang dikembangkan Google ini masih dalam tahap pengembangan dari laboratorium Google X. Ia telah menjalankan uji coba terbang di Amerika Serikat dan Selandia Baru dalam dua tahun terakhir.
Selama melakukan uji coba sempat terjadi kecelakaan dalam uji terbang. Di Amerika Serikat, balon udara ini terbang rendah dan menghancurkan jaringan listrik dan mengganggu pasokan listrik untuk beberapa rumah di sekitar Washington.
Di Selandia Baru, balon mendarat di laut dan diidentifikasi sebagai pesawat jatuh yang memicu petugas untuk melakukan evakuasi darurat, padahal di sana tidak terdapat manusia.
Pihak Google berkata agak sulit mengendalikan balon udara agar tetap stabil di satu titik karena diterpa hembusan angin yang kencang di Selandia Baru.
'Tak Ada Pembicaraan Timah dengan Apple'.
Presiden Jokowi sendiri akan melakukan kunjungan kerja lima hari ke San Francisco dan Washington DC, Amerika Serikat mulai 25 Oktober 2015. Dia juga diketahui akan bertemu dan makan malam bersama Tim Cook, CEO Apple.
Apple diketahui sangat ingin menanamkan investasi di timah di Bangka-Belitung. Luhut bilang Apple berambisi mengambil timah untuk salah satu bahan di iPhone dan produk lainnya, langsung dari sumbernya.
Menkominfo Rudiantara sendiri belum lama ini telah bertemu dengan pihak Apple di Jakarta. Namun sayangnya, ia belum mau membeberkan rencana pembicaraan dengan Apple dalam kunjungan di AS.
Ia juga menampik, dalam pembicaraan pekan lalu, ada pembahasan tentang timah seperti yang ramai diberitakan media.(dtc/rio)