SELATPANJANG (HR)- Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Meranti, Makmun Murod mengakui kalau, PT First Flower mengalami kesulitan mendapatkan tenaga kerja untuk mengelola tumbuhan Nipah di Meranti.
Sehingga operasional perusahaan yang sedianya akan mengelola tumbuhan nipah seluas 8.000 hektare hingga saat ini belum terwujud. Akibatnya, program kerja yang direncanakan sebelumnya untuk memproduksi nira dari nipah tersebut akhirnya belum bisa dilakukan.
Makmun Murod menyebutkan, ternyata masyarakat Meranti selama ini cukup sulit diajari untuk menjadi penyadap tumbuhan Nipah.
Berbagai upaya dan pelatihan telah dilakukan perusahaan, namun akhirnya tidak bisa mendapatkan tenaga kerja sebagaimana diharapkan.
Perusahaan menurut Murod, saat ini sedang mencari tenaga kerja dengan jumlah yang cukup banyak untuk bisa mengelola tumbuhan nipah itu.
Barangkali perusahaan akan mencari tenaga kerja dari tempat lain untuk dibawa ke Meranti.
"Atau jika memang tenaga kerja yang diharapkan tidak bisa terpenuhi di Meranti, kemungkinan besar program eksploitasi nipah di Meranti itu tidak bisa dilanjutkan,”kata Murod.
Menurut Murod, menjadi pekerja untuk menyadap nipah memang harus butuh keahlian khusus. Dan tidak semua masyarakat bisa mengerjakannya. Tidak seperti membutuhkan karyawan dalam perusahaan lainnya. Seperti bekerja sebagai buruh bangunan atau buruh di perkebunan.
Diakuinya, sejauh ini memang sudah ada beberapa buruh atau pekerja yang sudah melakukan penyadapan pohon nipah. Hanya saja jumlahnya masih sangat sedikit dan tidak sesuai dengan harapan perusahaan.
"Karena pekerjanya yang sangat minim tersebut dan sulitnya mendapatkan tenaga kerjanya, akhirnya perusahaan itupun menjadi mandek. Kita juga tidak tahu persis rencana ke depan perusahaan itu, apakah masih melanjutkan program pengembangan atau pengelolaan nipah di Meranti itu atau harus mencari lokasi baru. Kita lihat saja perkembangannya,”sebut Murod lagi.(jos)