Sejumlah harapan menggelayut di langit Pelalawan. Di hari jadinya yang ke 16, seiring bertambahnya usia jelas menghendaki adanya buah proses belajar dari pengalaman yang sudah-sudah. Dengan begitu, tantangan ke depan dapat dijawab. Namun, sebelum melakangkah ke sana, langkah pertama diawali dengan melihat gagasan yang telah direncanakan sebelumnya tentang quo vadis Kabupaten Pelalawan.
Bicara perencanaan atau cita-cita, sebagaimana termaktub dalam dokumen perencanaan daerah adalah “terwujudnya kabupaten pelalawan maju dan sejahtera, melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang didukung oleh pertanian yang unggul dan industri yang tangguh dalam masyarakat yang beradat, beriman, bertaqwa dan bebudaya melayu tahun 2030,“ yang kemudian diejawantahan ke sejumlah fokus: Pelalawan maju dan sejahtera, pemberdayaan ekonomi kerakyatan, pertanian yang unggul, industri yang tangguh, dan masyarakat beriman dan bertaqwa serta berbudaya melayu.
Berkaca dari visi tersebut, Pelalawan jelas mempunyai perbedaan dibandingkan kabupaten lainnya. Perbedaan dari segi apa yang diinginkan dan juga pendekatan. Apalagi kemudian bicara perubahan lanskap global dan cara pandang lingkungan luar. Keharusan untuk dapat beradaptasi semakin kuat tuntutannya. Karena pilihannya sangat pragmatis: ingin maju atau mundur.
Adapun perihal yang disinggung terakhir, sekaligus sebagai sebuah motivasi bagi Kabupaten Pelalawan di usianya yang telah menapaki 16 tahun. Karena fokus persoalan yang akan datang bukan saja dari internal saja. Namun, menjawab peluang dari lingkungan luar juga sama pentingnya. Mengapa? Karena dengan serius menjawab peluang tersebut, pada dasarnya juga akan membawa efek positif secara simultan bagi tuntutan dari dalam.
Teknopolitan
Kabupaten Pelalawan belakangan hal sudah menyita perhatian untuk pengembangan, baik dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Riau. Bicara perhatian pemerintah pusat adalah lewat Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Program yang ditetapkan dalam bentuk Peraturan Presiden 32/2011, sebagai acuan sekalugus arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode lima belas tahun (2011-2025) serta pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
Pertumbuhan dan perkembangan Kabupaten Pelalawan yang menunjukkan grafik cukup signifikan, rupanya membuat Pelalawan dilirik sebagai salah satu wilayah yang bisa memberi kontribusi strategis. Bagi Kabupaten Pelalawan sendiri, kesempatan ini jelas sangat langka dan sayang bila dilewatkan. Karena program ini seperti diketahui berskala regional. Dimana Pelalawan bisa memainkan peranan penting di koridor Sumatera.
Artinya ini akan semakin serius, mengingat akan memperkuat posisi Pelalawan yang mana terintegrasi secara lokal, peluang dalam konektivitas nasional, dan terhubung secara internasional. Implikasinya tidak semata mendongkrak perekonomian secara lebih masif dan progresif, yang lebih utama juga akan mengakselerasi pertumbuhan dan kemajuan kemampuan SDM dan Iptek.
Untuk menuju ke sana, inisiasi Pemerintah Kabupaten Pelalawan yang terus melakukan upaya pengembangan salah satunya berupa pembangunan kawasan teknopolitan patut diapresiasi. Dengan kawasan industri terpadu, melibatkan lingkungan pendidikan sebagai pencetak tenaga kerja terampil dan pusat riset dan pendorong inovasi bagi industri yang akan memberikan nilai tambah produk unggulan daerah, diharapkan dapat membawa kemajuan ke depannya.
Pertahankan
Melihat besarnya peluang tadi, tulisan ini hendak mendudukkan bahwa persoalan siapa yang akan memenangkan kontentasi 5 tahunan bukanlah perhatian utama. Yang paling pokok dari itu bagaimana modal yang telah diupayakan setakad ini dapat terus dilanjutkan. Tak masalah siapapun yang akan menjadi pemimpin Kabupaten Pelalawan nantinya.
Asa paling utama, semoga dapat mengelola potensi Pelalawan dengan pola pikir, pola tindak, pendekatan kebijakan yang berbasis pengetahuan dan teknologi.
Sebagaimana teknopolitan sebagai imej yang telah melekat pada Kabupaten Pelalawan. Sebab keuntungan pengelolaan sumber daya secara konvensional dengan memanfaatkan Iptek jelas beda.
Oleh karenanya perhatian pada indikator-indikator berikut diharapkan dapat dipertahankan. Semisal penurunan tingkat kemiskinan, mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi (yang berdasarkan dokumen perencanaan daerah Pelalawan di kisaran 7 persen), penyediaan lapangan kerja, tingkat kualitas hidup masyarakat dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) semakin membaik, serta kinerja keuangan daerah.
Selanjutnya juga hal-hal mikro, semisal investasi berupa pembangunan infrastruktur kawasan dan prasarana kebutuhan mendasar, industri hilir kelapa sawit dan industri lainnya, industri pariwisata lokal, dan upaya inisiatif berupa fasilitas elektrifikasi, semisal pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) berkapasitas 15 MW yang telah dioperasionalkan sejak Bulan Agustus 2013 yang lalu. Dalam rangka memenuhi target bahwa sampai dengan Tahun 2016 setidaknya 50 persen rumah tangga di Kabupaten Pelalawan telah menikmati listrik 24 jam.***
Anggota DPRD Provinsi Riau Dapil Pelalawan dan Siak.
Oleh: H Husni Thamrin, SH, MH