PEKANBARU (HR)-Masih pekatnya kabut asap yang menyelimuti Bumi Lancang Kuning hingga saat ini, membuat penderitaan masyarakat Riau seolah tiada pernah berhenti. Kondisi itu ditanggapi ratusan mahasiswa, seniman dan komunitas lainnya di Riau, dengan menggelar aksi “Gerakan Rakyat Melawan Asap”, Senin (12/10) di Jalan Cut Nyak Dien, Pekanbaru. Mereka mengecam kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang tiada henti di Riau, yang menyebabkan kabut asap selama 18 tahun.
Berbagai puisi dan atraksi teatrikal ditampilkan para seniman dan mahasiswa dalam aksi damai tersebut. Semua menceritakan dan menggambarkan betapa dahsyatnya penderitaan yang dialami masyarakat Riau karena selalu menghirup asap yang menyesakkan dada.
Parahnya lagi, malapetaka tersebut selalu berulang setiap tahun tanpa ada pencegahan dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Sehingga, ada kesan hal itu memang dibiarkan. Khususnya terhadap pengusaha kelas kakap, yang diduga bebas melakukan perbuatan itu, tanpa pernah tersentuh hukum.
Kami Ingin
Tidak hanya menyorot kinerja pemerintah daerah dan pusat, massa juga menyindir anggota DPRD Provinsi dan Daerah, karena dinilai tidak pernah ada aksi apa pun untuk mencegah Karhutla di Bumi Lancang Kuning. Anggota Dewan juga dinilai ikut bersekongkol dengan pengusaha dan membiarkan Karhutla terjadi. Di antara aksi itu, ada juga yang menyindir anggota Dewan yang diduga juga memiliki lahan sawit.
Menurut koordinator aksi, Budi Utami, pihaknya gelisah dan prihatin dengan kondisi malapetaka kabut asap di Riau. Kejadian ini, terus terjadi bertahun-tahun, tanpa ada pencegahan. Pelayanan kesehatan yang diberikan pemerinah juga dinilai masih setengah hati. Seperti pembagian masker. Menurutnya, bila pemerintah memang serius, seharusnya masker yang diberikan saat kabut asap marak seperti adalah yang benar-benar memenuhi standar, yakni masker N95.
"Pemerintah memang telah melakukan penanganan Karhutla. Namun kenyataannya, asap tetap masih ada. Kami ingin langit Riau biru kembali, kami ingin Riau bebas asap. Jangan biarkan masyarakat Riau mati berlahan," ujar Utami.
Sementara itu, Ketua Harian Lembaga Adata Melayu (LAM) Riau, Al Azhar, yang ikut turun dalam aksi itu, menegaskan, masyarakat Riau tak peduli dari mana asal asap, masyarakat hanya ingin bebas dari asap, sesuai dengan keinginan masyarakat, yaitu birukan kembali langit Riau.
"Saya korban, mereka korban, masyarakat korban, kami tak peduli dari mana asal asap ini, mau dari Amerika, atau dari provinsi lain dan dari dunia mana pun. Kami hanya ingin asap dihilangkan dari Riau," tegas Al Azhar.
Aksi damai Revolusi Langit Biru ini dimulai pada pukul 10.00 WIB hingga siang hari pukul 15.00 WIN. Jalan Cut Nyak Dien, tepatnya di samping Pustaka Wilayah Soeman HS terpaksa ditutup. Aksi itu memikat perhatian masyarakat. Karena dalam aksinya, para pendemo memeriahkan aksi dengan menggelar berbagai atraksi. Di antara mereka ada juga yang melantukan nyanyian berisi kritikan terhadap pemerintah. Orasi dan puisi silih berganti, membuat aksi terasa memikat dan pesannya bisa dipahami dengan jelas. (nur)