Dalam jangka panjang, kabut asap bisa menyebabkan penurunan kecerdasan bagi anak-anak, sehingga generasi muda di Riau bisa terancam bodoh.
"Akibat kabut asap, akan berdampak kepada generasi muda atau anak-anak terhadap penurunan kecerdasan yang akan dirasakan dalam jangka panjang. Banyak sekali penyakit yang bisa ditimbulkan kabut asap, selain ISPA, untuk jangka panjang bisa menyebabkan penurunan kecerdasan bagi anak," ungkap dr Meri, petugas di Posko Evakuasi khusus bayi di Kantor Walikota Pekanbaru, Senin (5/10).
Generasi
Selama ini pihaknya selalu mengimbau masyarakat agar selalu menggunakan masker dalam melakukan aktivitas di luar ruangan. Khusus untuk bayi dan balita, pihaknya juga mengimbau orangtua membawa bayi mereka ke Posko Evakuasi di Kantor Walikota Pekanbaru. Khususnya bagi mereka yang tidak memiliki kipas angin atau AC di rumah mereka.
"Kasihan anak-anak. Kalau semua pintu ditutup, rumah jadi pengap. Tapi kalau tak ditutup, asap masuk ke dalam rumah. Makanya kita imbau agar masyarakat bisa membawa bayinya ke Posko Evakuasi ini," imbaunya.
Dikatakan, sejauh ini Posko Evakuasi menangani empat bayi dan satu balita. Sebelumnya, ada lima warga yang datang namun tidak menginap karena memang belum membawa peralatan dan juga belum meminta izin suami mereka.
"Itu untuk yang menginap disini, ada lima, empat bayi dan satu balita," sebutnya.
Untuk alur dalam pelayanan, bagi masyarakat yang datang ke Posko Evakuasi akan diperiksa, untuk bayi yang sehat akan ditempatkan langsung ke posko Evakuasi sedangkan untuk bayi yang tidak sehat akan kita beri rujukan ke RSUD Arifin Ahmad
untuk penanganan.
"Setiap hari kita di sini standby, selain dokter umum, ada juga dokter bayi yang melakukan peninjauan dan akan langsung datang jika memang dibutuhkan," imbuhnya.
Masih Berbahaya
Hingga Senin (5/10) kemarin, kabut asap masih saja menyelimuti Riau. Hal itu membuat kondisi udara di sejumlah daerah belum juga berubah. Bahkan di beberapa daerah termasuk Kota Pekanbaru, status udara masih berada pada level berbahaya.
Menurut Plt Gubernur Riau, Arsyadjuliansi Rachman, kabut asap tidak akan hilang jika Karhulta di tetangga masih tetap terjadi. Sedangkan di wilayah Riau hotspot sudah beberapa minggu ini berkurang bahkan nihil.
"Yang jelas hotspot kita sudah berkurang jauh. Titik panas masih dominan di Sumatera Selatan, masih 1.000-an lebih. Karena angin yang ke wilayah kita menyebabkan asap masih pekat," ujarnya.
Ditambahkannya, Karhutla di Sumsel dan Jambi, sudah dibahas bersama pemerintah pusat pada rapat koordinasi pada pekan lalu. "Dalam rakor tersebut diputuskan, masing-masing daerah harus menyelesaikan Karhutla. Kita sudah menyelesaikannya, kini daerah lain juga bertugas menyelesaikan kebakaran di daerah mereka," ujar Plt Gubri.
Dijelaskan Plt Provinsi Riau bersama Satgas Karlahut, tetap menjalankan tugas memadamkan api di seluruh wilayah Riau. Sedangkan untuk status menaikkan status tanggap darurat baik di Riau maupun daerah lainnya menjadi tanggungjawab Satgas Nasional.
"Yang jelas fokus kita saat ini masih penanggulan kesehatan akibat kabut asap. Kalau masalaha tanggap darurat itu biarlah satgas Nasional, kita disini masih penanggulan kesehatan," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Riau, Andra, juga mengakui kabut asap ini sudah benar-benar sangat mengganggu masyarakat Riau. Karena itu, masyarakat juga harus lebih peduli dengan kesehatan mereka. Seperti dengan menggunakan masker kalau bepergian keluar rumah.
"Masih ada juga warga yang tidak menggunakan masker. Padahal untuk mendapatkannya sangat mudah. Tinggal meminta di posko-posko yang disediakan pemerintah," ujarnya.
Selain itu masyarakat juga dapat memeriksakan kesehatan di beberapa lokasi yang disediakan. Serta di puskesmas-puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah Riau. Dengan demikian maka langkah pencegahan bisa dilaksanakan bersama-sama, karena memang kondisi cuaca yang masih berbahaya hingga sekarang.
Meski berada dalam rumah, masyarakat juga diimbau tetap memakai masker. Selain itu juga sedapat mungkin untuk menutup ventilasi udara di rumah. Caranya bisa dengan menggunakan handuk basan secara rutin sehingga dapat menghambat masuknya udara kotor ke dalam rumah.
Sekali Pakai
Sementara itu, penggunaan masker yang digunakan masyarakat ini juga dinilai belum maksimal. Sebab, masker hijau yang kerap dibagi-bagikan di jalan-jalan atau di posko-posko kesehatan, dinilai hanya layak untuk sekali pakai.
Kadiskes Pekanbaru Helda S Munir, mengakui saat ini pihaknya belum bisa berbuat banyak untuk memberikan masker yang jauh lebih baik kepada masyarakat.
"Inilah kondisi saat ini, masyarakat Pekanbaru juga sangat banyak, sebenarnya, masker yang biasa berwarna hijau itu layak hanya saja untuk dipakai sekali saja, tidak berulang ulang," terang Helda.
Dia menyarankan, jika kondisi kabut asap tebal seperti saat ini, sebaiknya masyarakat menggunakan dua lapis. Untuk masker N95 sendiri, kata Helda, pihaknya tidak memiliki ketersediaan untuk disalurkan ke masyarakat.
"Yang ada saja belum mencukupi untuk karyawan, apalagi untuk dibagikan pada masyarakat, bantuan masker N95 sejauh ini, belum ada, baik dari pusat maupun provinsi. Yang Kita dibagikan baru sebatas masker biasa," ungkapnya.
Untuk itu, dia mengimbau kepada masyarakat, jika tidak ada keperluan penting keluar rumah, sebaiknya di rumah saja, atau di ruangan tertutup. Jikapun harus keluar, gunakan masker sebanyak dua lapis.
"Kita juga minta perbanyak minum air putih dan juga memakan buahan," ujarnya.
Ditanya berapa jumlah masyarakat yang terserang penyakit akaibat kabut asap, Helda menjawab, untuk penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) berjumla sebanyak 9.336 pederita. Sakit asma 280 orang, pnemonia 108 orang, iritasi mata 201 orang, iritasi kulit 358 orang dan diare sebanyak 325 orang," terangnya. ***