SELATPANJANG (HR)- PT National Sago Prima (NSP) mengakui dala program tanaman kehidupan yang akan mereka wujudkan, ternyata telah merealisasikan penanaman sagu itu untuk seluas 70 Hektare. Penanaman itu dilakukan di Desa Lukun Kecamatan Tebingtinggi Timur.
Perusahaan telah merampungkan penanaman tanaman kehidupan seluas 70 Hektare, dan saat ini perusahaan juga akan melakukan penanaman untuk 150 hektare.
"Dimana 70 hektare tersebut dibangun tahun lalu, dan saat ini bibit pohon sagu itu sudah mulai meninggi dan tumbuh subur. Sementara target pembangunan tanaman kehidupan untuk tahun 2015 seluruhnya seluas 200 Ha, dan saat ini perusahaan hanya menunggu turunya hujan yang cukup untuk memulai penanaman,”ungkap Manager PT NSP Harry Susanto, melalui Forestry Support Coordinator PT NSP Setyo Budi Utomo, kepada Haluan Riau Jumat kemarin.
Dijelaskannya, hingga saat ini lahan yang sudah tersedia, yakni siap tanam seluas 150 Ha. Dan direncanakan jika saat ini sudah mulai memasuki musim penghujan, maka penanamanpun akan segera dilakukan.
Kita hanya menunggu turunnya hujan yang cukup untuk kemudian dilakukan penanaman. Musim kemarau yang terjadi cukup panjang tahun ini, sedikit menghambat program penanaman tanaman kehidupan itu.
Dan mudah-mudahan saat ini sudah turun hujan maka diharapkan penanaman itu akan bisa segera. Sebab jika penanaman bibit itu pada musim kemarau, makan dikhawatirkan bibit sagu yang akan langsung layu.
Sebab jenis bibit sagu yang kita tanam dalam program tanaman kehidupan itu, seluruhnya adalah bibit sagu unggul. Dari hasil penyilangan bibit bibit sagu yang terbaik dimiliki Meranti selama ini. Jadi ada perberbedaan yang kontras antara bibit sagu dengan pola lama yakni bibit sagu anakan. Dimana tunas sagu yang akan ditanam.
Sementara yang kita terapkan baik dalam penanaman sagu yang dilakukan perusahaan adalah dengan system bibit yang sudah dipolybag. Jadi memang ketahanan bibit sesudah ditanam jika langsung ditanam di lahan harus mendapatkan asupan air yang cukup.
Beda dengan pola bibit dari anakan atau tunas, begitu ditanam masih bisa lebih lama untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Artinya bibit sagu dengan pola tradisional tidak langsung layu jika mengalami kekeringan pasca penanaman.
Namun system penanaman bibit dengan bibit polybag, jika sudah beradaptasi maka pertumbuhannya akan jauh lebih cepat dari bibit anakan itu. “Untuk itulah kita sengaja menunggu musim penghujan untuk melakukan penanaman,”terang Budi.
"Budi menambahkan, semua bibit yang ditanam dalam program tanaman kehidupan itu adalah bibit unggul dengan kualits rendemen sagu yang sangat tinggi. Hal ini akan memberikan keuntungan besar bagi masyarakat desa nantinya,”tutur dia lagi.(jos)