Dampak dari penurunan harga Bahan Bakar Minyak yang mulai berlaku Senin (19/1), banyak pengendara Sepda motor terpaksa mendorong sepeda motornya. Pasalnya pengecer bensin di Siak semua tutup.
Seperti dialami seorang pelajar, Adi (15) saat berangkat sekolah. Sudah lima kios pengecer dilaluinya, namun tak kunjung menemukan minyak. Akhirnya ia menghubungi orangtuanya agar bisa sampai sekolah tepat waktu.
Sepuluh menit kemudian, Ayah Adi pun datang menukar sepeda motor. gantian pula ayah mendorong sepeda motor sampai ke rumah. "Tukar honda sama ayah Bang, daripada minta antar, nanti harus dijemput, kasian ayah," ujar Adi.
Nasib yang sama dialami oleh seorang loper Koran, Nurhadi (42) yang terpaksa mendorong motornya. Hhingga pukul 08.30 WIB tak kunjung mendapatkan bahan bakar. "Libur dulu saya Mas, bensin habis. Kemarin tak sempat ngisi, sekarang semua kios bensin tutup," ujar Nurhadi.
Lebih menyedihkan, seorang pemulung Anto harus mendorong sepeda motor yang menarik gerobak. Pemulung ini mengaku sudah 1 Km lebih mendorong sepeda motornya, sembari menghampiri tong-tong sampah yang ada di pinggir jalan.
Pantauan lapangan, puluhan pedagang eceran bensin yang ada di Kota Kabupaten Siak tutup. Sementara APMS yang ada juga tutup.
"Kemarin sudah mulai susah bang, sebagian tutup, alasannya stok habis, mau beli menunggu BBM turun," ujar Juwarni, warga Marempan Hulu.
Batal ke Kebun
Hal yang sama juga terjadi di Bungaraya. Mereka kewalahan saat hendak bekarja. Bensin kendaraan sudah tidak ada lagi, dan di pengecerpun juga tidak ada. Sehingga mereka mengurungkan niatnya untuk berhenti bekerja.
"Saya mau bekerja kebun sawit milik warga desa tetangga yang jaraknya cukup jauh sekali. Diperkirakan 1 liter bensin dibutuhkan dari rumah ke kebun. Namun tanpa saya sadari, kendaraan saya kehabisan minyak di tengah jalan. Sayangnya di jalan pun tak ada satupun penjual minyak eceran dari paket A sampai paket C. Sehingga saya berhenti dan mendorong motor saya kembali ke rumah dan tidak jadi bekerja," ungkap Hasan, Warga Bungaraya Paket A, Senin (19/1).
Ditambahkan Hasan, peristiwa ini bukan dirinya saja yang mengalami. Warga lain juga banyak mengalaminya. "Ternyata bukan saya saja yang mendorong sepeda motor, tapi ada juga warga desa lain yang mengalami kekeringan minyak pada kendaraanya dan mendorong motornya. Kami sebagai masyarakat kecil tentunya berharap kepada pihak terkait agar bisa menetralkan kembali perdagangan minyak ini. Agar kami masyarakat bisa berjalan dalam mencari ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga," harapnya.
Hal sama juga diungkapkan Sekdes Jayapura, Sugeng. Ia mengaku sangat sulit mencari bensin. Jangankan di SPBU, di eceran saja banyak yang kosong.
"Saya saja mau berangkat ke kantor desa cari minyak, tapi tidak ada. Untung Ada bensin di mesin robin sekitar 1 liter. BEnsin itulah yang saya pakai untuk mengisi motor. Kalau tidak ada mungkin saya tidak bisa ke kantor bekerja," ungkapnya.
Sementara itu SPBU Bungaraya ketika diminta konfirmasi manajernya tidak di tempat. Salah seorang karyawan SPBU mengaku kelangkaan BBM sejak Minggu sudah tidak ada lagi. Diperkirakan Senin sore baru datang.
Kepala Disperindag Siak, Wan Buhori ketika dihubungi Haluan Riau malalui telpon selulernya mengatakan saat ini masa transisi. Sehingga bensin terlambat sampai di SPBU Siak.
"Ini masa transisi, jadi pihak SPBU tidak berani menebus DOnya karena takut tekor. Kalau segera ditebus dengan harga lama dan dijual dengan harga sekarang tentu tekor, makanya menebusnya dengan harga yang sekarang dan Senin petang baru ada di SPBU Bungaraya. Untuk saat ini bukan Bungaraya saja yang kehabisan minyak, di Kota Siak pun juga habis. Saya saja tadi juga susah mencari minyak,"pungkasnya dengan singkat.***