PEKANBARU (HR)-Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, memperpanjang status darurat pencemaran udara akibat asap, selama 14 hari ke depan.
Langkah itu ditempuh karena kondisi asap yang menyelimuti Riau, sejauh ini belum menunjukkan adanya perubahan yang berarti.
Hal itu dilontarkan Plt Gubri Andi Rachman, demikian panggian akrabnya, usai rapat di Posko Penanganan Karhutla di Lanud Roesmin Nurjadin, Senin (28/9). Ikut hadir dalam kesempatan itu Danrem 031/WB Brighen Nurendi dan Danlanud Roesmin Nurjahdin, Marsma TNI Henri Alfiandi.
Sebelumnya, status darurat asap tersebut ditetapkan dalam Keputusan Plt Gubri nomor kpts.1163/9/2015. Surat tersebut berlaku sejak 14 September dan berakhir Senin (28/9) kemarin. Sedangkan perpanjangan status darurat asap termaktub dalam nomor kpts.1205/9/2015, yang isinya memutuskan memperpanjang status keadaan darurat pencemaran udara akibat kabut asap, selama 14 hari ke depan, terhitung sejak Senin kemarin.
Menurut Plt Gubri, status darurat asap untuk Provinsi Riau diperpanjang karena kabut asap tebal dan pekat masih saja
menyelimuti Bumi Lancang Kuning. Walaupun titik api di wilayah Riau dalam beberapa hari ini dinyatakan nihil, namun asap tebal kiriman dari provinsi tetangga masih tetap saja ada.
"Dengan posisi sekarang ini fokus kita untuk penanggulangan kesehatan, karena posisi kita dari posisi hotspot nihil," terangnya.
Tanggap Darurat Belum Berlaku
Disinggung mengenai permintaan sejumlah tokoh masyarakat yang meminta Pemprov Riau menetapkan status Tanggap Darurat, agar ada perhatian khusus dari pemerintah pusat, Plt Gubri mengatakan, hal itu belum bisa ditetapkan. Karena status siaga darurat masih berlaku.
"Status siaga darurat masih berlaku. Meski demikian, kita tetap menerima bantuan dari pusat. Seperti penanggulan karhutla dengan penyediaan heli dan pesawat, pengiriman pasukan TNI, obat-obatan, jadi tidak mungkin kita naikkan jadi tanggap darurat, apalagi hotspot di wilayah kita nihil," terangnya.
Pasukan TNI Diperpanjang
Sementara itu, Komandan Satgas Karhutla Danrem 031/WB, Brigjen TNI Nurendi, mengatakan, dengan diperpanjangnya status tersebut maka keberadaan pasukan TNI yang dikirimkan dari Mabes TNI akan terus diperpanjang hingga asap di Riau hilang.
"Sampai sekarang pimpinan TNI belum ada mencabut pasukan TNI yang didatangkan dari mabes TNI. Insya Allah akan diperpanjang hingga kabut asap benar-benar pulih," ujar Jenderal bintang satu ini.
Pemuka Masyarakat
Sebelum menetapkan dan memperpanjang status keadaan darurat pencemaran udara akibat kabut asap, Plt Gubernur Riau terlebih dahulu mengumpulkan seluru tokoh masyarakat dari berbagai elemen, dan juga pemuka selurh agama melalui Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) dan juga dari MUI.
Dalam kesempatan itu, tokoh masyarakat Riau, Al Azhar meminta Pemprov Riau meningkatkan status keadaan di Riau menjadi status tanggap darurat. Sehingga pemerintah pusat bisa langsung turun ke Riau dan mengerahkan semua kemampuan untuk membantu masyarakat Riau yang sudah sengsara akibat asap sejak sebulan belakangan ini.
Hal senada juga dilontarkan tokoh masyarakat Riau lainnya, Hj Azlaini Agus. Menurutnya, apa yang telah dilakukan Pemprov dan tim Satgas Karhutla sudah cukup baik. Tapi jika status dinaikkan menjadi tanggap darurat, maka penanggulan dan perhatian lebih dari pusat akan tertuju ke Riau.
"Jadikan ini musibah Nasional, tanggap darurat yang kami inginkan. Riau ini sudah sangat berbahaya janganlah tinggal diam, kita butuh penanganan yang lebih serius dari pusat," tegas Azlaini Agus.
Dewan Mendukung
Menanggapi kebijakan Plt Gubri tersebut, Wakil Ketua DPRD Riau Noviwaldy Jusman mengatakan seluruh fraksi di DPRD Riau mendukung kebijakan itu. Tak hanya itu, Pemprov Riau juga disarankan menggesa pengajuan dana untuk penanggulangan kabut asap di Bumi Lancang Kuning.
Menurutnya, dari komunikasi yang telah dilakukan dengan Pemprov Riau, pada dasarnya Dewan mendukung langkah yang ditempuh untuk penanggulangan kabut asap. Apalagi, nantinya penanggulangan asap juga akan dikoordinasikan provinsi tetangga seperti Jambi dan Sumatera Selatan. Sebab, kebanyakan kabut asap yang ada sekarang adalah kiriman dari provinsi tetangga.
Tidak hanya itu, pihaknya juga telah menyarankan Plt Gubri mengajukan anggaran untuk penanggulangan kabut asap tersebut. Sebab, tidak mungkin menggunakan dana tersebut bila harus menunggu disahkannya APBD Riau Perubahan tahun 2015.
"Anggaran (darurat bencana) itu dapat dicairkan dalam kondisi darurat seperti ini. Yang penting ada persetujuan bersama antara kepala daerah dan Dewan," terangnya.
Libatkan Kampus
Selain itu, Plt Gubri juga meminta masukan dari pihak kampus, khususnya untuk mencegah berulang Karhutla yang telah mendera Riau selama 18 tahun belakangan. Hal itu disampaikannya saat pertemuan dengan civitas akademika di Riau dalam pertemuan Minggu (27/9) malam, di kediaman Plt Gubri, Jalan Sisingamangaraja, Pekanbaru.
"Melalui pemikiran bersama ini, kita berkomitmen untuk sama-sama mencegah. Karenanya peran pihak kampus bersama peneliti-peneliti dan mahasiswa dapat bersinergi dan bersama-sama," ujarnya.
Menanggapi hal itu, Rektor Universitas Riau, Aras Mulyadi, optimis pihak kampus bisa memberikan masukan untuk Pemprov Riau. "Kita akan mengkoordinir ahli-ahli yang ada di perguruan tinggi di Riau, untuk melaksanakan kajian dalam jangka panjang bagaimana pencegahan Karhutla ini," ujarnya.
"Harapan kita ada sinkronisasi antara program di kampus dengan Pemda tentang pengendalian. Kami siap melakukan riset-riset dan program pencegahan, edukasi, relokasi masyarakat, memberikan pengetahuan kepada masyarakat, dan pengendalian masyarakat agar tidak membakar lahan," jelasnya.
285 Titik Panas
Hingga Senin kemarin, Pulau Sumatera masih dikepung 285 titik panas. Sama kondisinya sejak beberapa hari belakangan ini, titik panas terbanyak masih berada di Provinsi Sumatera Selatan.
Menurut Kepala Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Sugarin, berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua pada Senin (28/) kemarin, jumlah titik panas yang ada di Sumatera mencapai 285 titik.
"Terbanyak, di Provinsi Sumsel 239 titik api, Lampung 17 titik api, Bangka Belitung 29 titik api dan Riau nihil," ungkapnya.
Dikatakan, kabut asap yang menyelimuti Riau sebagian besar berasal dari asap kiriman provinsi tetangga seperti Sumatera Selatan. Akibat masih diselimuti kabut asap, jarak pandang belum membaik. Untuk jarak pandang d Riau berkisar antara 100 sampai 500 meter. "Jarak pandang di kota Pekanbaru hanya 100 meter, Rengat 200 meter, Dumai 500 meter, dan Pelalawan hanya 200 meter," terangnya.
Angin secara umum dari arah yang bervariasi dengan kecepatan 05 - 12 knots (09 - 25 km/jam). Temperatur max 31.0 - 33.5 C , Temperatur Min 21.0 - 24.0 C dan Kelembaban max 92 - 98 % dan Kelembaban Min 50 - 59 %
"Secara umum cuaca wilayah Provinsi Riau Cerah Berawan disertai Kabut Asap. Peluang hujan dengan intensitas ringan tidak merata disertai petir dan angin kencang pada pagi dan sore hingga malam hari terjadi di Wilayah Riau bagian Utara, Tengah dan Barat," tutupnya. ***