Khusus untuk Pekanbaru, kondisinya bahkan sudah berada pada level sangat berbahaya, karena standar pencemaran udara sudah mencapai 450 psi. Kondisi serupa juga terjadi di daerah lain seperti Kampar, Bengkalis dan Kuansing.
Kabut
Menurut Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, asap yang menimpa Riau saat ini adalah asap kiriman dari daerah lain. Sesuai data yang diterima pihaknya dari Badan Meteorologi Klimotologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, hotspot di wilayah Riau tercatat nihil.
Sedangkan untuk Pulau Sumatera, total hotspot yang terpantau sebanyak 236 titik. Terbanyak masih berada di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 190 titik, kemudian Bangka Belitung 29 titik dan Lampung 17 titik.
"Selagi kebakaran masih terjadi di wilayah Sumsel dan angin mengarah ke kita, asap akan terus menyelimuti Riau," ujarnya, Minggu (27/9).
Hilang dari Satelit
Parahnya kabut asap yang terjadi saat ini, juga dibenarkan Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin. Tidak hanya Riau, kabut asap parah juga menyelimuti Pulau Sumatera. Saking parahnya asap, Pulau Sumatera sampai tak terlihat sama sekali dalam sensor citra satelit Modise milik NASA, Minggu (27/9) sore kemarin pukul 18.00 WIB.
"Yang tampak hanya kumpulan awan dan asap pekat saja, serta titik panas yang terbaca sensor satelit," ungkapnya.
Tidak hanya Riau, kualitas udara di Sumsel dan Jambi juga berada pada level berbahaya. Hal ini disebabkan asap dari areal lahan yang terbakar di wilayah Sumsel.
"Angin yang bertiup dari arah selatan menuju utara, membawa partikel asap ke wilayah Riau, lebetulan angin di wilayah kita saat ini berada pada level calm atau tenang, sehingga asap tersebut menumpuk," jelas Sugarin.
Bandara Lumpuh Total
Kabut asap pekat juga menyebabkan aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru lumpuh total, terhitung sejak Sabtu hingga Minggu kemarin. Selama dua hari, tidak satu pun pesawat yang berani mendarat maupun terbang. Jarak pandang pada hari Sabtu dan Minggu hanya 300-400 meter."Lumpuh total, tidak satupun pesawat yang terbang," ujar Duty managar airport Bandara SSK II Pekanbaru Ibnu Hasan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Riau, Andra Syafril menyebutkan, hampir seluruh udara di wilayah Riau pada Minggu kemarin, berada pada level berbahaya. "Sehingga diminta kepada anak-anak dan ibu hamilmengurangi aktivitas di luar rumah, termasuk menghentikan sementara aktifitas belajar mengajar di sekolah," sarannya.
Dari Jakarta, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, udara dengan kualitas berbahaya tidak hanya ada di Pekanbaru. Namun juga ada tiga daerah lain. "Yaitu Kampar 419 Psi, Bengkalis 429 Psi dan Siak 527 PSI, kondisi udara sudah berada pada level berbahaya," ujarnya.
Ditambahkan Sugarin, akibat kepungan titik panas tersebut, jarak pandang di Kota Pekanbaru pada pagi Minggu kemarin hanya mencapai 100 meter, di Rengat 100 meter, Dumai 800 meter dan Pelalawan 200 Meter.
Sugarin menambahkan, secara umum cuaca wilayah Provinsi Riau Cerah Berawan, disertai kabut asap, peluang hujan dengan intensitas ringan tidak merata disertai petir dan angin kencang pada pagi dan sore hingga malam hari terjadi di Wilayah Riau bagian Utara, Tengah dan Barat.
Kepala RSUD Dioksigen
Dari Bangkinang, Direktur RSUD Bangkinang, dr H Wira Dharma, juga menjadi korban pekatnya kabut asap. Ia mengalami sesak nafas dan harus mendapatkan bantuan pernafasan dengan menggunakan tabung oksigen, Minggu pagi kemarin.
Khabar itu begitu cepat tersiar di media sosial itu mendapat banyak perhatian dari masyarakat karena direktur RSUD Bangkinang mengalami sesak nafas dipastikan disebabkan kabut asap.
Dalam statusnya di facebook, Wira Dharma menulis ketika dada rasa sesak, tidak tahu kemarahan akan dilampiaskan pada siapa, berwudhulah, tanyakan pada diri, nikmat Allah mana lagi yg hendak kau dustai. Bersamaan dengan komen itu, juga tampak Wira sedang dipasang oksigen. Ketika dikonfirmasi, Wira mengaku kondisinya sudah jauh lebih baik setelah setengah jam mendapatkan oksigen bantuan.
Pantauan di Kota Bangkinang, kabut asap semakin tebal dan terasa hingga ke dalam rumah. Warga terpaksa mempergunakan masker baik di luar maupun di dalam rumah. Sedangkan jarak pandang hanya berkisar 40 meter. (nur, her, rud, yuk, dom)