MINA (HR)-Hingga berita ini dirilis, sejauh ini belum diperoleh informasi adanya JH asal Riau yang menjadi korban jiwa maupun luka-luka dalam musibah di Mina.
Seperti dituturkan salah seorang JH Riau melalui akun facebook-nya, Ansyari Kadir, petugas haji dari Provinsi Riau sedang berjuang keras untuk memastikan apakah ada JH Riau yang ikut menjadi korban.
Tolong
"Saya bersama rombongan yang tergabung dalam Kloter 9 Batam telah terlebih dahulu melakukan melontar jumrah dibanding terjadinya peristiwa ratusan jamaah meninggal karena berdesakan. Kami melontarnya lebih pagi dan selesai pukul 5 subuh. Kejadiannya pukul 07.30 dua jam setelah kami selesai melontar. Jadi, belum bisa dipastikan apakah ada jamaah haji Riau yang jadi korban atau tidak. Sekarang sedang dicari informasinya," ujarnya.
Khusus untuk JH Indonesia, tambah pria yang pernah berprofesi sebagai wartawan ini, petugas sudah mengimbau melalui pengeras suara untuk tidak melakukan pelontaran pada jam sibuk, termasuk pada pagi itu.
"Memang, saat pulang melontar, melalui alat pengeras suara, panitia haji dari sektor Mina meminta kepada jamaah haji Indonesia untuk tidak melontar pada jam sibuk dan disuruh pulang. Karena nemang saya lihat jamaah yang akan melontar cukup padat di depan pintu masuk terowongan. Banyak jamaah dari luar negeri dan berbadan besar dan tinggi-tinggi," tambahnya.
"Kami mohon doa dari kita semua semoga jamaah haji seluruh dunia termasuk dari Indonesia tidak ada lagi menjadi korban rangkaian ibadah haji tahun ini," tutupnya.
Sementara itu, salah seorang JH asal Riau lainnya, Ridar Hendri dalam status di akun Facebook-nya juga mengungkapkan rasa syukur, karena terhindari dari musibah itu. "Alhamdulillah, hari ini bisa melempar jumrah. Setelah peristiwa maut itu. Terimakasih doa para sahabat FB. Teman2 Riau Insya Allah selamat," tulisnya.
Wafat di Arafah
Sementara itu, kabar duka kembali datang dari Tanah Suci. Seorang jamaah haji asal Kabupaten Siak, wafat saat berada di Padang Arafah, Rabu (23/9) pukul 00.30 Waktu Arab Saudi atau pukul 04.30 WIB. Jamaah yang dimaksud adalah Hamid Bin Daem Sani (65).
Menurut Kakan Kemenag Siak, H Muharrom, almarhum yang merupakan warga Jalan Darmais, Kampung Rawang Kao, Kecamatan Lubuk Dalam, Siak, tergabung dalam Kloter IV Embarkasi Batam.
"Tak ada penyakit yang diderita almarhum. Info dari Ketua Tim Pembimbing Haji Daerah (TPHD) Siak Khairul Bahri, ketika hendak turun dari bus di Padang Arafah, almarhum batuk-batuk. Lalu Pak Arifin (kepala rombongan dari Lubuk Dalam), menyarankan almarhum istirahat dulu. Tak lama berselang, diketahui sudah meninggal dunia. Rencananya, siang ini akan dimakamkan di Makkah," katanya.
Atas berita duka tersebut, Bupati Siak H Syamsuar juga menyampaikan rasa bela sungkawanya, dan mendoakan semoga almarhum diampuni segala dosa-dosanya, dan mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah SWT.
"Pemkab dan masyarakat Siak turut berduka cita, semoga almarhum diampuni semua dosa dan kesalahan serta ditempatkan di sisi-Nya. Keluarga yang ditinggalkan semoga senantiasa tabah dalam menghadapi cobaan ini. Bagi semua jamaah Siak agar tetap menjaga kesehatan dan kekompakan selama menjalankan ibadah haji ini," pungkas Syamsuar.
Lautan Manusia
Dari Muzdalifah, kontributor Haluan Riau, Hm Ikhwan menggambarkan, pascawukuf di Arafah, pada Kamis kemarin, konsentrasi jamaah haji masih terkonsentrasi di Muzfdalifah. Akibatnya, daerah itu pun berubah menjadi lautan manusia. Dua juta jamaah haji, semua berkumpul di daerah itu.
Dikatakan, hal ini juga menunjukkan bahwa pelaksanaan ibadah haji tidaklah semudah yang dibayangkan. Sebab, selain niat ikhlas dan tulus memenuhi panggilan Allah SWT, ibadah ini juga membutuhkan fisik yang prima, mental hingga psikis.
Mulai dari puncak ibadah haji wukuf di Arafah yang cuacanya sangat ekstrim, mabit di Muzdalifah bagaikan hamparan dan lautan manusia serta prosesi mabit di Mina dengan pelaksanaan lontaran yang juga harus bertarung dengan kekuatan fisik bahkan nyawa.
Bahkan yang lebih ekstrim lagi, selama prosesi pelaksanaan ibadah haji tak sedikit jamaah Indonesia yang meninggal di tanah suci yang rata-rata total jumlahnya tak kurang dari satu kloter.
Hal ini seharusnya sudah menjadi cacatan khusus bagi sejarah perjalanan ibadah haji terutama bagi pemangku kebijakan penyelenggara ibadah haji Indonesia. (HM Ikhwan, mg1)