PEKANBARU (HR)-Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Universitas Islam Riau, menggelar unjuk rasa ke Gedung DPRD Riau, Kamis (17/9). Mereka menuntut Presiden Joko Widodo mencopot Menteri Kesehatan Nila F Moeloek dari jabatannya.
Hal itu berkaitan dengan pernyataannya di sejumlah media massa nasional, yang mengatakan bahwa kabut asap belum membahayakan paru-paru manusia. Pernyataan itu dinilai telah melukai hati masyarakat Riau, yang telah bertahun-tahun menderita akibat didera malapetaka kabut asap.
"Masyarakat Riau tersinggung dengan ucapan Menkes bahwa kondisi udara di Riau masih baik dan belum berbahaya.
Coba Ibu Menteri bawa keluarga datang ke Riau supaya bisa merasakan sakit dan sesaknya pernafasan akibat asap," seru koordinator aksi, Irham Rosadi.
Mahasiswa
Dikatakan, pernyataan Menkes tersebut tidak bisa diterima masyarakat Riau karena tidak tidak berdasarkan data dan fakta. Pernyataan itu dinilai sebagai sikap arogran dan tidak berprikemanusiaan terhadap masyarakat Riau yang sudah menderita akibat kabut asap dan udara yang sudah pada taraf membahayakan.
Selain itu, pernyataan Menkes yang menolak rencana evakuasi masyarakat Riau karena akan memakan biaya yang besar, juga sangat disayangkan. Sebab, sudah menjadi kewajiban pemerintah melindungi seluruh rakyatnya, tanpa harus diukur dengan besar biaya yang akan dikeluarkan.
Berdasarkan hal itu. Solidaritas Mahasiswa Universitas Islam Riau menganggap Nila F Moeloek tidak layak duduk sebagai Menkes RI, karenanya mahasiswa mendesak agar yang bersangkutan dicopot dari jabatannya.
"Copot Menkes karena pernyataannya bukan menenangkan tapi melecehkan dan melukai perasaan masyarakat Riau," tegas Irham.
Dialog
Usai berorasi di depan gerbang Gedung DPRD Riau, para mahasiswa akhirnay diterima pimpinan DPRD Riau. Ikut serta menyambut mereka Plt Gubri Arsyadjuliandi Rachman dan sejumlah tokoh masyarakat Riau. Di antaranya Ketua Harian LAM Riau Al Azhar dan Azlaini Agus.
Dalam kesempatan itu, Al Azhar menyatakan dukungannya terhadap aspirasi para mahasiswa. "Kami merasakan pernyatan yang dikeluarkan Mentri Kesehatan itu seperti mengingkari akal sehat, dan mengingkari indikator yang tercatat ISPU yang merupakan paradigma mendasar bagi tugas pemerintah, dokter apalagi setingkat Menteri Kesehatan," tuturnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Riau, Sunaryo menegaskan Dewan juga menyayangkan statemen Menkes tersebut. "Kalau memang benar seperti beritanya, Dewan sangat menyayangkannya. Dewan sepakat dengan aspirasi dan tuntutan mahasiswa," ujarnya.
Sementara itu, Plt Gubri Arsyadjuliandi Rachman mengatakan, aspirasi para mahasiswa tersebut akan disampaikan langsung kepada Menkopolhukam sebagai penanggung jawab penanggulangan Karhutla secara nasional.
Capai 31.780 Orang
Data di Dinas Kesehatan (Diskes) Riau menunjukkan, masyarakat Riau yang mengidap penyakit akibat kabut asap, telah mencapai 31.780 orang. Angka itu sesuai data yang dihimpun dari bulan Juni hingga September ini.
Dari angka 31.780 tersebut, penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebanyak 26.051, pneumonia 538, asma 1.257, iritasi mata 1.671 dan penyakit kulit sebanyak 2.263 orang. Dengan kondisi yang ada saat ini, diperkirakan jumlah penderita ISPA akan terus meningkat.
Menurut Kadiskes Riau, Andra, untuk mengantisipasi bertambahnya penderita ISPA, sesuai dengan instuksi Gubernur telah didirikan sebanyak 8 posko di wilayah Pekanbaru. Untuk kabupaten/kota juga didirikan posko, serta Puskesmas dibuka selama 24 jam.
"Dari posko yang kita dirikan itu sudah banyak warga yang memeriksa kesehatan. Posko ini dibuka untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga yang akan berobat," ujar Andra.
Bandara Belum Normal
Sementara itu, untuk aktivitas penerbangan di Bandara Sutan Syarif Kasim II (SSK), belum juga normal. Kebanyakan dari maskapai melakukan delay bahkan membatalkan penerbangan. Untuk hari Kamis kemarin, untuk keberangkatan pesawar dari Pekanbaru ke Jakarta hanya dua pesawat, yakni pesawat Garuda yang berangkat pada pukul 06.30 WIB, dan Lion Air pada pukul 07.15 WIB.
"Pagi hari jarak pandang sudah mencapai 800 meter hanya dua pesawat yang berangkat, sedangkan yang mendarat sampai jam dua siang tidak ada," ujar Duty Manager bandara SSK II Pekanbaru, Ibnu Hasan.
Dijelaskan Ibnu, pada pukul 14.30 WIB jarak pandang sudah di atas 1000 meter, namun hanya satu pesawat yang mendarat. Dan biasanya akan menyusul pesawat lainnya.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Riau, Rahmad Rahim mengharapkan, jika tidak ada penerbangan keberangkatan dan kedatangan di Bandara SSK II, operator penerbangan diminta tidak menjual tiket kepada calon penumpang karena akan menyulitkan masyarakat yang akan bepergian.
"Kalau tidak terbang kita harapkan jangan jual tiketlah. Nambah susah penumpang saja nanti, karena untuk refund (pembayaran kembali) itu bukan gampang," ujarnya.
Ditambahkannya, akibat pembatalan penerbangan di Bandara SSK II tersebut juga telah merugikan maskapai penerbangan sekitar Rp1 hingga Rp2 miliar. "Belum lagi kerugian lainnya yang dialami akibat kabut asap ini," tambahnya. (rud, nur)