RANGSANG BARAT (HR)- Belasan miliar dana berasal dari APBN yang dikucurkan setiap kali ke Kecamatan Rangsang Barat, khususnya bidang sumber daya air banyak pihak menilai hanya buang-buang uang semata.
Sebab yang dilakukan dengan dana belasan miliar tersebut hanya mencuci parit sebagai saluran air yang umumnya justru membuat malapetaka bagi kehidupan para petani. Seluruh parit yang ada diperlebar dan diperdalam.
Tentu saja hal itu memperlancar intrusi air laut yang akan menuju daratan. Semakin besar volume air laut yang masuk ke pedalaman, maka semakin luas kerusakan pertanian atau perkebunan masyarakat.
Hal ini terus terulang dari waktu ke waktu. Akhirnya Rangsang Barat yang digadang-gadangkan menjadi lumbung padi di Meranti itu akan semakin menjauh.
Demikian diungkapkan Azis, warga Kecamatan Rangsang Barat kepada Haluan Riau Sabtu lalu saat menyaksikan pembangunan penggalian parit yang dilakukan perusahaan di wilayah itu.
Warga ini justru berharap, kedepan dengan dana yang besar itu kiranya bisa dialihkan membangun pintu air atau pintu klep beserta cerocok yang dapat menghempang arus laut yang akan masuk ke daratan.
"Terutama di lokasi-lokasi tertentu, dimana permukaan tanah yang tergolong rendah. Dengan demikian pemerintah secara bertahab akan mampu mengurangi ancaman abrasi yang terjadi,” kata warga ini.
Menurutnya, pekerjaan proyek yang hanya memperluas permukaan parit dan memperdalam, tidak akan memberikan keuntungan apapun bagi wilayah itu.
Justru sebaliknya dengan kedalaman sungai serta lebar tersebut akan memudahkan air laut masuk ke darat. Apalagi memang tidak dilakukan dengan pembangunan bendungan atau pintu air yang benar-benar kokoh,”terang dia lagi.
Warga ini bahkan menyebutkan, dengan besarnya dana proyek yang dikucurkan setiap waktu, jika hal itu dibelikan beras, maka seluruh masyarakat di wilayah itu tidak perlu lagi bercocok tanam.
Uang belasan miliar terbuang setidaknya untuk setiap dua tahun sekali, dan hasil yang nyata tidak pernah dinikmati masyarakat. Sebab hampir dua tahun sekali parit-parit itu dicuci dan tidak ada gunanya. Sehingga hanya membuang-buang uang semata. Terkesan hanya sebagai proyek siluman saja.
Ke depan menurutnya pemerintah harus mengkaji lebih intens apa sebenarnya yang dihadapi oleh para petani di Pulau Rangsang itu agar bisa disesuaikan dengan kebutuhan riil.
"Ditambahkannya, mereka jauh lebih tahu bagaimana upaya mengatasi berbagai kendala alam yang terjadi. Dan langkah apa yang harus dilakukan. Untuk itu sebelum proyek miliaran itu dikerjakan di lapangan, sebaiknya ditanya dulu pendapat masyarakat,” ujar Azis lagi. ***