PEKANBARU (HR)-Sesuai kajian Pusat Bahasa Provinsi Riau, hanya lima persen siswa didik di Pekanbaru, yang dianggap berhasil menggunakan Bahasa Indonesia yang baik kedalam sebuah tulisan.
Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pemahaman dan teknik memahami sebuah cerita.
Demikian diungkapkan Kepala Pusat Bahasa Riau, Agus Sri. Danardana dalam sambutannya dalam acara Penguatan Keprofesionalan Guru Bahasa Indonesia se-Pekanbaru, di hadapan ratusan guru Bahasa Indonesia se Pekanbaru, Minggu (13/9) di Hotel Mona Pekanbaru.
"Hampir seluruh bidang studi menggunakan Bahasa Indonesia tidak sebagai alat berfikir, tapi hanya sebagai sarana. Makanya kita masih terlalu mudah memaklumi kesalahan tersebut terjadi di sekitar kita," ujar Agus.
Pelatihan penguatan ini diselenggarakan 13-16 September, yang diikuti sebanyak 240 orang guru dari seluruh sekolah tingkat SMP dan SMA di Kota Pekanbaru.
Dikatakan, kegiatan ini awalnya menyambung dari penerapan K13. Hanya saja karena sudah dihentikan maka pelaksanaannya sempat ditunda, dan ternyata banyak sekolah yang tetap melaksanakan K13 makanya perlu dilakukan penguatan keprofesionalan ini diberikan kepada guru bidang studi, khususnya guru bahasa Indonesia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pekanbaru, Prof Zulfadil juga menuturkan seiring dengan digelarnya program membaca yang dicanangkan oleh pemerintah. Pelatihan ini sangatlah penting, karena untuk memulai program tersebut tentu berawal dari guru Bahasa Indonesia. Agar bisa menyampaikan kepada peserta didik.
Oleh sebab itu, seorang guru harus memiliki teknik atau pemahaman bagaimana cara membaca dengan baik."Diharapkan dengan kurangnya kemampuan siswa memahami teks yang dibaca bisa lebih baik lagi," paparnya.(nie)