Jakarta (HR)-Demi memperluas segmen pasar, manajemen PT Pertamina (Persero) akan merilis varian terbaru dari gas minyak bumi cair atau liquefied natural gas bulan depan. Dengan memiliki bobot bersih 5,5 kilogram, diharapkan produk tersebut mampu menekan angka penjualan LPG 3 kg yang saat ini masih disubsidi.
"Tunggu bulan depan. Saya lagi survei logo, warna, dan bentuk tabungnya. Mau sedikit ramping atau gemuk. Ya kita akan tanya customer," ujar Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang di Jakarta, Jumat (11/9).
Bambang meyakini, adanya peluncuran varian LPG baru dari Pertamina dapat mengambil atensi konsumen khususnya masyarakat yang memiliki strata ekonomi di kelas menengah-atas. Selain itu, katanya diluncurkannya LPG 5,5 kg juga dimaksudkan guna menciptakan persaing yang sehat di dalam penjualan LPG kelas tersebut.
Ini mengingat LPG dengan bobot tersebut baru dijual oleh PT Blue Gas Indonesia dengan produk bernama Blue Gaz.
"Pertama kami ingin produk ini (diserap) oleh penghuni apartemen yang enggak ada jaringan pipa gas. Kan kalau bawa 12 kg berat, sementara kalau 3 kg bukan kelasnya. Kedua, pesaing kami jual 5,5 kilo Blue Gaz kan mahal," tutur pria yang akrab dipanggil Abe itu.
Jika tak ada halangan, Bambang bilang penjualan varian LPG Pertamina dengan bobot 5,5 kg akan dilepas untuk pasar Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia.
Meski begitu, ia masih enggan membeberkan secara rinci mengenai pengenaan harga untuk varian LPG terbarunya itu kendati beredar rumor bahwa produk tersebut akan dilego pada level Rp 80 ribu per tabung.
"Makin rendah, makin bagus, biar orang pindah dulu. Sasarannya kan menengah lantaran sekarang itu mereka banyak pakai LPG 3 kg,” tandas Bambang.
Di sisi lain, rencana pemerintah menerapkan distribusi tertutup terhadap penjualan gas elpiji 3 kilogram (kg) dipastikan molor. Dari target pelaksanaan yang sedianya bisa diimplemetasikan pada Juni kemarin, nyatanya program tersebut belum juga dimulai hingga ahir Juli kemarin.
"Upaya koordinasi dan verifikasi data baru akan dimulai Agustus. Jadi saat ini belum ada upaya identifikasi. Belum ada verifikasi data juga," ujar Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi, Setyorini Tri Hutama di Jakarta, belum lama ini.(cnn/mel)