PEKANBARU (HR)-Keberadaan alat berat di Riau menjadi salah satu sumber pemasukan pajak di daerah, termasuk 29 alat berat milik Dinas Bima Marga yang dihitung dalam bentuk retribusi.
Namun bagaimana jika semua alat berat milik Dinas Marga tersebut dilaporkan rusak semua hingga tidak lagi bisa ditarik retribusinya. Namun yang menjadi pertanyaan, benarkan alat berat tersebut itu rusak semua.
"Inilah yang menjadi pertanyaan kita juga, apa benar rusak.
Katanya (Dinas Bina Marga) alat rusak, apa benar. Kalau rusak cek ke lapangan, ada tidak alat berat di sana," kata Kadispenda Riau SF Hariyanto, menyikapi laporan kerusakan alat berat milik Dinas Bina Marga, Jumat (11/9)
Padahal sebelumnya, keberadaan alat berat tersebut menjadi salah satu sumber pendapatan pajak dari sektor retribusi. Dimana retribusi persatu unitnya mencapai Rp30 juta.
Adapun tanggung jawab penarikan retribusi disektor alat berat tersebut adalah Dinas Bina Marga.
Selain alat berat papar Kadispenda, Dinas Bina Marga juga tak lagi menarik retribusi keberadaan kantin dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di sana. Padahal dua sektor tersebut selama ini juga menjadi potensi retribusi bagi daerah.
"Pertanyaannya kenapa alat berat tidak lagi dipungut lagi distribusinya. Sewa alat berat perunit Rp30 juta. Kantin serta ATM di sana juga tak disetorkan. Padahal selama ini dibayarkan," ungkap Kadispenda yang biasa disapa Yanto.
Menanggapi pernyataan dari Kadispenda itu, Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Riau Syafril Tamun menyebutkan jika SF Haryanto selalu asal ngomong tanpa dasar.
Karena menurut Syafril apa yang dilakukan SF Haryanto seperti menepuk air di dulang."Jangan asal ngomong SF Haryanto itu, seorang Insinyur masak iya ngomong seperti itu," ujar Syafril Tamun saat dikonfirmasi.
Menurut Syafril Tamun, alat berat yang ada di Bina Marga tersebut merupakan zamannya SF Haryanto, karena dirinya baru menjabat Kadis Bina Marga 2 bulan dan belum tahu masalah yang ada.
"Zaman dia itu, itu yang lama-lama di masa dia, saya baru dua bulan masuk sekarang sudah pengelolaan di Kasubag bidang Sekretaris. Justru SF Haryanto yang menyimpan satu alat berat di kebunnya," ujar Syafril Tamun.
Bahkan menurut Syafril Tamun, saat dilakukan investigasi, alat berat itu satu unit berada di kebun milik SF Haryanto. Dan alat berat yang lain dalam kondisi yang rusak dan di APBD Perubahan baru diajukan anggaran untuk pemeliharaan.
"Tidak benar kalau itu di zaman saya, dari dulu pengelolaan aset di PU tidak ada yang benar, kalau zaman saya sekarang ini baru memperbaiki aset," tegasnya.
Sebagaimana diketahui, SF Hariyanto mengakui bahwa Dsipenda Riau tidak bisa mencapai target penerimaan retribusi di tahun 2015 ini. Paling banyak retribusi hanya mencapai 40 persen.(nur)