Tambusai Utara (HR)- Petani sawit di Desa Rantau Kasai, Kecamatan Tambusai Utara, sejak dua bulan terakhir makin terjepit. Pasalnya sudahlah harga TBS sawit anjlok, CPO dari hasil kerja sama KKPA yang dibangun dengan manajemen PT Torganda tidak bisa dijual. Akibatnya kerja sama dengan pola mitra KKPA tersebut tidak bisa dinikmati.
Keluhan ini diungkapkan Sekretaris Camat Tambusai Utara, yang juga pejabat sementara (pjs) Kepala Desa Bangun Jaya, Bahrum, usai meninjau pembangunan box culvert di desa tersebut, Selasa (8/9). Dikatakannya, informasi tidak bisa dijualnya CPO PT Torganda diterimanya dari masyarakat, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Beberapa waktu lalu, katanya, warga Desa Tambusai Utara, menyurati Bupati Rokan Hulu, yang tembusannya disampaikan kepada Camat Tambusai Uutara. Dalam suratnya warga meminta Bupati Rokan Hulu, mencari solusi agar hasil pola mitra KKPA dengan PT Torganda bisa diterima seperti biasa.
“Dari informasi yang disampaikan warga, hasil pola mitra KKPA tersebut sudah 2 bulan tidak diterima. Warga mengeluh dan akhirnya menyurati Bupati Rokan Hulu, yang tembusannya disampaikan kepada Camat Tambusai Utara. Warga berharap hendaknya ada jalan keluar atas persoalan ini. Karena dengan tidak bisa dijualnya CPO tersebut, jelas akan menghambat penghasilan warga setiap bulannya,” terang Bahrum.
Dijelaskan Bahrum, kerja sama pola KKPA yang dibangun antara warga Desa Tambusai Utara dengan PT Torganda, sudah berlangsung sekitar tahun 1996 dengan luas lahan sekitar 825 hektare. Jumlah ini belum termasuk pola mitra antara warga Desa Mahato, Kecamatan Tambusai Utara.
"Jika digabungkan dengan KKPA warga Desa Mahato, luas lahan yang dikerjasamakan lebih dari 825 hektare. Sesuai keterangan warga, hasil pola mitra ini sudah dua bulan tidak diterima. Hal ini sudah dikoordinasikan dengan Bupati Rokan Hulu dan direspon langsung dengan menggelar pertemuan dengan masyarakat,” ujar Bahrum. Disinggung soal CPO PT Torganda yang tidak bisa dijual, Bahrum, mengaku kurang tahu soal itu. "Soal CPO PT Torganda ini kenapa tidak bisa dijual kurang tahu juga. Yang jelas warga saat ini mengeluh,” tutupnya. (gus)