JAKARTA (HR)—Sebanyak 57 warga negara Indonesia menjadi korban tewas dalam peristiwa kapal tenggelam di wilayah perairan Sabak Bernam, Malaysia. Data yang diperoleh Kementerian Luar Negeri RI, Minggu (6/9), menunjukkan bahwa dari total 77 penumpang kapal, terdapat 20 WNI yang berhasil diselamatkan.
"Informasi resmi dari Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) bahwa hingga saat ini jumlah korban meninggal adalah 57 orang. Sementara itu, 20 WNI yang berhasil diselamatkan akan segera diproses pemulangannya ke Tanah Air," ujar Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhammad Iqbal, melalui keterangan pers.
Saat ini, 57 jenazah masih berada di Rumah Sakit Ipoh, RS Sabak Bernam, dan RS Teluk Intan, Malaysia, untuk keperluan identifikasi. KBRI di Malaysia telah menempatkan staf di tiga rumah sakit tersebut untuk membantu keluarga yang datang dari Indonesia saat melakukan identifikasi.
Namun, hingga saat ini, baru 10 jenazah yang berhasil diidentifikasi. Beberapa kendala identifikasi antara lain ketiadaan manifes penumpang kapal dan kondisi bahwa kapal tidak sedang menjalani jalur reguler.
Selain itu, penumpang kapal tidak saling mengenal. Hal ini menyulitkan tim untuk memfokuskan target pengambilan sampel DNA.
Menlu Retno Marsudi telah meminta Tim Perlindungan WNI Kemlu dan KBRI Kuala Lumpur untuk mengambil langkah-langkah khusus dalam rangka percepatan proses identifikasi.
Upaya ini akan didukung oleh tim disaster victim identification (DVI), baik dari Mabes Polri maupun sejumlah polda, khususnya Polda Aceh, Polda Sumatera Utara, dan Polda Jawa Timur.
Kemenlu RI juga telah membuka saluran komunikasi khusus bagi mereka yang menduga bahwa keluarganya berada di kapal tersebut. Nomor saluran komunikasi khusus (hotline) Kemenlu untuk keluarga korban kapal tenggelam di Sabak Bernam adalah 0812-8900-9045 (Herman/Sujud).
"Bagi mereka yang sudah menghubungi hotline dan telah memberikan informasi dasar akan segera didatangi oleh tim DVI Polri dan polda terdekat untuk pengambilan contoh DNA yang akan sangat dibutuhkan untuk proses identifikasi," kata Iqbal.(kc/hen)