TANJUNG SAMAK (HR)- Kecamatan Rangsang dengan ibokotanya Tanjung Samak, salah satu kecamatan yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Balai Karimun Provinsi Kepulauan Riau.
Sejauh ini jalan poros dari ibukota kecamatan ke berbagai desa yang ada masih terbuat dari jalan semenisasi. Itupun lebarnya paling hanya antara 1,5 hingga 2,5 meter.
Akibatnya saat berpapasan dua gerobak di tengah jalan, harus ada salah satu gerobak yang turun ke beram jalan.
Itu mudah dilakukan kalau salah sau diantaranya tidak berbeban berat. Tapi kalau dua-duanya membawa beban berat, maka akan timbul persoalan. Dan akhirnya akan memperlambat aktivitas masyarakat.
"Kita berharap tahun 2016 mendatang, Pemkab meningkatkan pembangunan infrastruktur dasar terutama untuk pembanguan jalan di seluruh desa di kecamatan tersebut. Jalan yang memadai akan sangat mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jalan yang terus mengalami kendala dan tidak memberikan kemudahan bagi masyarakat maka akan menghambat perekonomian," ungkap Boby Yanto warga Tanjung Samak kepada Haluan Riau lewat ponselnya Jumat kemarin.
Menurutnya, banyak kendala yang dihadapi masyarakat dengan minimnya sarana dan prasarana dasar itu. Seperti kondisi jalan poros yang masih berukuran sempit, dan sangat tidak mendukung aktivitas warga.
Ada warga yang sebenarnya sudah mampu membeli kenderaan roda empat untuk mendukung usahanya, namun karena kondisi jalan poros yang belum mendukung akhirnya niat itu diurungkan.
Masyarkat berharap di anggaran tahun 2016 mendatang, ada peningkatan pembangunan infrastruktur khususnya jalan di kecamatan tersebut,harap warga ini lagi.
Selain pemerintah daerah lanjut warga ini, kehadiran perusahaan SRL yang mengusahai hutan tanaman industry di pulau itu juga sangat diharapkan bersedia membantu percepatan ekonomi masyarakat setempat.
Seperti kehadiran PT RAPP yang juga mengusahai HTI di Pulau Padang yang telah berhasil mewujudkan pembangunan jalan poros sejauh 12 Km.
Banyak dusun yang dihubungkan dan dengan kehadiran jalan poros itu sangat mendukung peningkatan ekonomi masyarakat tempatan.
Sementara kehadiran SRL di Pulau Rangsang itu, terkesan hanya mementingkan masa depan perusahaannya saja. Terbukti terhadap janji untuk mewujdukan pembangunan tanaman kehidupan itupun sejau ini masih terkatung-katung.
Pada hal program itu telah dicanangkan sejak lama. Bahkan siklus tanaman Akasia sudah silih berganti namun wujud penyelesaian pembangunan kesepakatan dengan masyarakat itu masih belum terealisasi.
Masyarakat Kecamatan Rangsang juga sangat berharap dukungan PT SRL dalam rangka membantu pemeritah daerah dalammewujdukan percepatan pembangunan itu,”imbuh Boby.(jos)