Batam (HR)-Pengusaha tempe, Sunator merasa khawatir terhadap dolar Amerika Serikat terus menguat terhadap Rupiah. Hal ini lantaran penguatan dolar AS membuat harga kedelai mengalami kenaikan sehingga mengancam usahanya.
"Saya khawatir jika harga kacang kedelai terus melonjak, sementara permintaan makin meningkat," ucap Sunator, seperti ditulis Minggu (30/8).
Kenaikkan harga bahan baku tempe itu dipicu dari nilai tukar Rupiah melemah terhadap dolar AS. Selama ini, Sunarto menuturkan, pasokan kedelai didatangkan dari Malaysia dan Singapura.
"Harga kedelai mencapai Rp320 ribu per karung yang berisi 50 kg kacang kedelai. Itu harga sebelum Rupiah tembus 14.000 per dolar AS. Kini harganya sudah hampir Rp350 ribu," kata Sunarto.
Ia menambahkan, bahan baku tempe memang masih aman hingga satu minggu ke depan. Bahan baku tempe itu masih dengan harga lama. Dalam satu hari, Sunarto menghabiskan minimal bahkan lebih 15 karung kacang kedelai. Jumlah itu cenderung kecil karena bahan baku terbatas.
"Kenaikkan bahan baku kedelai impor masih belum berdampak hingga saat ini karena masih ada stok," kata Sunarto.
Kondisi tersebut membuat Sunarto mengurangi ukuran tempe, sehingga tidak perlu menaikkan harga kepada konsumen. Langkah itu dilakukan Sunarto agar dapat memperpanjang operasional pabriknya sehingga menghindari pemberhentian karyawan.
"Saya berharap pemerintah dapat segera mengatasi terkait pengendalian barang impor yang mengacu terhadap Dolar AS," tegas dia.
Seperti diketahui, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat cenderung melemah pada 2015.
Kalau berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah sudah melemah 11,21 persen dari posisi 12.440 pada 31 Desember 2014 menjadi 14.011 per dolar AS pada 28 Agustus 2015.(lip6/mel)