Jakarta (HR)-Walau harga minyak dunia saat ini terus turun di level US$ 42 per barel. Namun, tidak terlalu berdampak bagi PT Pertamina (Persero). BUMN ini mengklaim masih mengalami kerugian dalam penjualan bahan bakar minyak terutama bensin premium.
Apalagi, dengan dolar Amerika Serikat yang terus menguat di level Rp14.000/US$, sementara sebagian besar pasokan BBM nasional berasal dari impor, membuat harga premium masih di atas harga yang ditetapkan pemerintah saat
Untuk setiap penjualan 1 liter premium seharga Rp7.400 per liter, Pertamina masih rugi Rp600 per liter.
"Dengan formula yang ditetapkan oleh pemerintah dan DPR harganya masih jatuh di atas Rp8.000 per liter. Tapi harga saat ini yang Rp7.400," kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (28/8).
Dwi mengatakan, bila dalam 1-2 bulan ke depan harga keekonomian Premium turun, dan pemerintah kemudian menurunkan harga BBM, Pertamina siap dengan keputusan tersebut.
"Kita lihat lagi sebulan dua bulan yang akan datang. Kalau memang hasilnya hitungannya di bawah itu, tentu saja Pertamina akan menerima. Apapun, kalau pemerintah memiliki pertimbangan yang lain, kita siap," ujarnya.
Hingga Agustus ini, Pertamina mencatat mengalami kerugian alias defisit dari total penjualan Premium hampir Rp14 triliun. "Karena toh selama ini untuk Premium saja Pertamina memikul Rp12 triliun sampai Rp14 triliun. Kerugian premium," sebutnya.
Berbeda dengan premium, Pertamina justru masih untung dengan menjual solar seharga Rp6.900 per liter. "Solar sudah mulai untung," sebutnya.(dtf/mel)